Cerita dari Pinggiran: Kisah Opa Opong, Berteman Sepi Menjaga Makam

Selama 13 tahun bekerja sebagai penjaga makam, Opong mengaku awalnya mendapat gaji sebesar Rp 400 ribu hingga Rp 600 ribu.

oleh Maria Flora diperbarui 10 Jul 2019, 06:43 WIB
Opa Opong bekerja selama 13 tahun sebagai penjaga makam (Foto:Liputan6/Maria)

Liputan6.com, Jakarta - Garis-garis usia jelas tergambar di wajahnya. Giginya pun hampir habis. Rambut, kumis dan jenggotnya memutih.

Orang-orang memanggilnya Opa Opong.

Meski tak muda lagi, semangat kerja kakek 77 tahun ini patut diapresiasi. Tak mau hidup bergantung pada orang lain, jadi pemecutnya.

Padahal, pekerjaan yang ditekuninya tak mudah. Tidak semua orang mau menjalaninya. Sejak 2000, dia bekerja sebagai penjaga makam, sekaligus penggali kubur.

"Saya bersyukur sudah tua masih bisa kerja," ucap pria bernama asli Philipus Kopong itu.

Ketika berbincang dengan Liputan6.com, dia pun memutar kenangannya saat pertama kali tiba di Jakarta. Dia mulai mengadu nasib di Ibu Kota pada 1961.

Pekerjaan pertamanya adalah sekuriti. Kala itu, dia diterima sebagai penjaga keamanan di Kedutaan Jepang untuk Indonesia. Empat tahun lamanya dia mengabdikan diri di sana.

Opa Opong bekerja selama 13 tahun sebagai penjaga makam (Foto:Liputan6/Maria)

Setelah itu, dia pindah pekerjaan sebagai sekuriti di Perum Perusahaan Pengangkutan Djakarta (Perum PPD). 26 tahun Opa Opong bekerja di tempat tersebut. Predikat karyawan teladan pun pernah disandangnya.

"Kalau kerja harus jujur. Jangan sampai kita kasih makan keluarga dari cara yg tidak halal, nggak bagus. Saya nggak ngaku diri saya jujur ya, saya kerja di PPD selama 26 tahun, tidak pernah punya cacat. Maka dari itu saya jadi karyawan teladan," cerita Opong.

Menolak tua, saat pensiun dari PPD pada 1998, dia tidak berhenti bekerja. Opa Opong kemudian menjadi penjaga Gereja Paulus I, Depok, Jawa Barat selama 7 bulan.

Namun, tubuh rentanya tak kuat lagi. Dia jatuh sakit.

Dua tahun beristirahat, Opa Opong tak ingin berdiam diri terlalu lama di rumah. Dia memutar otak memilih pekerjaan yang cocok untuknya.

Sampai akhirnya dia memutuskan bekerja sebagai penjaga makam di TPU Kali Mulya Depok. Tak terasa, sembilan tahun sudah dia berteman sepi, menjaga makam.

"Dan masih betah. Daripada kita menganggur diam saja, ngapain," kata Opa Opong.

Selama ini, pria asal Flores Adonara, Desa Oniama, Flores Timur, Nusa Tanggara Timur (NTT) tersebut tak mendapat gaji tetap. Baru enam bulan ini, dia mendapat gaji sebesar Rp 1 juta per bulan.

 

Belajar bersyukur dari Opa Opong, penjaga makam TPU Kali Mulya Depok (Foto: Liputan6/Maria Flora)

"Kalau hari biasa hanya Rp 30 ribu. Tapi itu juga enggak mesti. Beda saat Natal, bisa sampai Rp 500 ribu dari peziarah yang datang," kata Opong.

Ada sekitar ratusan makam yang harus diurus Opa Opong setiap hari di TPU Kali Mulya. Dia mengawali harinya pada pukul 06.00 WIB, dengan terlebih dulu berdoa di salah satu ruangan dalam kawasan makam. Baru setelah itu, dia bersih-bersih makam.

 

2 dari 2 halaman

Cerita Mistis

Belajar bersyukur dari Opa Opong, penjaga makam TPU Kali Mulya Depok (Foto: Liputan6/Maria Flora)

Menjadi penjaga makam atau penggali kubur, kerap menghadirkan cerita unik dan menarik. Ada saja cerita-cerita mistis yang kerap beredar hingga membuat banyak orang penasaran.

Namun, Opa Opong mengaku tidak pernah bertemu makhluk halus atau hantu seperti yang dikira banyak orang.

"Saya yang mendoakan mereka. Jadi tidak pernah lihat. Setiap pagi jam 6, saya selalu berdoa. Habis saya berdoa, saya kerja. Masa mereka mau ganggu saya," ucap Opong.

"Makanya yang meninggal sudah mengerti sama saya. Karena saya yang merawat makamnya. Malam pun saya juga tidak takut," lanjut dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya