CEO Huawei: AS Tidak Penting, Kami Tetap Nomor Satu

Bos Huawei Ren Zhengfei mengaku tidak dendam pada AS meski perusahaannya dicekal. Ia memilih mengambil hikmahnya.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 28 Mei 2019, 07:20 WIB
Pemimpin Huawei: Ren Zhengfei. Dok: Time

Liputan6.com, Beijing - Bos Huawei Ren Zhengfei angkat suara mengenai pencekalan perangkat Huawei di Amerika Serikat (AS). Ia mengaku tidak menjadikannya masalah serta tidak menaruh dendam ke negara tersebut.

Pemimpin berusia 74 tahun itu menyebut Huawei bisa tetap sukses meski dilarang AS. Pihaknya mengaku tidak memahami motif AS dalam melakukan pelarangan, tetapi Huawei tidak memaksakan diri di pasar AS.

"Terkait apakah kita bisa atau tidak bisa masuk ke pasar AS, itu tidak penting bagi kami, karena tanpa pasar AS kami tetap nomor satu di dunia," ujar Ren Zhengfei dalam wawancara dengan Time.

Ren Zhengfei pun menegaskan ia masih tetap menyukai AS. Ia mengaku sudah menyukai semangat AS sejak dahulu seraya tetap menegaskan Huawei tidak akan bertindak subversif di dalam industri teknologi.

"Saya dulu suka sekali dengan AS ketika saya muda. Sekarang saya masih menyukai AS. Jika kamu membaca dokumen korporasi yang saya keluarkan dalam beberapa dekade terakhir, kamu akan melihat dokumen tersebut penuh dengan American spirit," ujarnya.

Nada Ren Zhengfei yang halus berbeda dengan nada pemerintah China yang menyebut perlakukan AS ke Huawei adalah bullying. Ren Zhengfei berharap agar AS bisa lebih bersahabat ke Huawei.

Mengenai tekanan dari Presiden Donald Trump, Ren Zhengfei juga memilih untuk mengambil hikmahnya. Ia menyebut pemerintahan Trump mendorong China untuk meningkatkan kualitas diri.

"Saya pikir apa yang Trump ucapkan adalah reminder bagi pemerintah China. Yakni, kita perlu meningkatkan kualitas kita. Jika tidak, kita akan kalah," ucap Ren Zhengfei. "Saya pikir administrasi Trump mendorong China untuk meningkatkan kualitas Bagus,kan?" pungkas sang pemimpin Huawei.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Siap Maju Tanpa Google

Huawei (Foto: Huawei)

Jika Amerika Serikat (AS) masih tetap akan memblokir Huawei, maka perusahaan tidak lagi akan bisa menggunakan berbagai produk Google.

Beruntung, Huawei sejak 2012 dilaporkan telah mengembangkan sistem operasi (OS) alternatif sendiri.

Dikutip dari Phone Arena, CEO Consumer Business Group Huawei, Richard Yu, memberikan beberapa informasi mengenai OS tersebut. Menurut laporan media Tiongkok, OS tersebut saat ini bernama "HongMeng OS", bukan Kirin OS.

Diungkapkannya, OS tersebut akan segera siap pada musim gugur tahun ini. Jika semua berjalan lancar, Huawei Mate 30 Pro kemungkinan besar akan hadir dengan "HongMeng OS", bukan Android 10 Q seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Namun jika melewati batas waktu, OS mobile Huawei itu kemungkinan akan debut melalui Huawei P40 Pro pada awal tahun depan.

OS tersebut tidak hanya untuk smartphone dan tablet, tapi juga laptop Huawei sebagai ganti Windows 10. Selain itu, juga berpotensi digunakan pada perangkat wearable, TV, bahkan mobil.

3 dari 3 halaman

Menyiapkan Langkah Darurat

Tampak belakang Huawei P30 Pro. Liputan6.com/Ramdania El Hida

Lebih lanjut, dalam sebuah wawancara dengan The Information, Richard mengakui akan segera "terpaksa" merilis ekosistem dan OS sendiri jika perusahaan tetap berada di dalam daftar hitam AS. Ia menilai keputusan AS pada pekan lalu itu sebagai "kejutan besar", dan tidak menyangka bahwa negara tersebut membatasi penggunaan Android.

"Ini (Android) adalah produk konsumen, yang tidak memiliki hubungan dengan masalah keamanan jaringan," tuturnya.

Bersamaan dengan laporan ini, The Information juga mempublikasikan beberapa temuannya terkait alternatif Android dari Huawei. OS tersebut dikenal secara internal sebagai "Project Z", dan saat ini masih jauh dari kata siap. Temuan ini tidak sejalan dengan laporan sebelumnya.

Selain itu, menurut sejumlah sumber, tujuan dari OS tersebut hanya untuk memperkuat perangkat Tiongkok Huawei ketika peralihan ke 5G telah selesai. Perusahaan tidak pernah memperkirakan kehilangan akses ke Android secara internasional.

Alhasil untuk pasar global, perusahaan kini dilaporkan menghadapi tantangan untuk menciptakan keseluruhan ekosistem aplikasi yang akan menarik minat konsumen tanpa memiliki akses ke AS. Tiongkok sendiri saat ini memiliki banyak aplikasi. meski sebagian besar layanan Google diblokir di negara tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya