Wakil Jaksa Agung AS Rod Rosenstein Melayangkan Surat Pengunduran Diri

Wakil Jaksa Agung Amerika Serikat, Rod Rosenstein, berhenti dari pekerjaannya.

oleh Afra Augesti diperbarui 30 Apr 2019, 06:37 WIB
Wakil Jaksa Agung pengadilan federal AS, Rod Rosenstein. (Mark Wilson/AFP)

Liputan6.com, Washington DC - Wakil Jaksa Agung Amerika Serikat, Rod Rosenstein, telah menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Donald Trump pada Senin, 29 April 2019.

Dalam surat pengunduran diri tersebut, ia menulis: "Kami menegakkan hukum tanpa rasa takut atau bantuan karena bukti yang kredibel tidak memihak."

Sementara itu, mantan Jaksa Amerika Serikat untuk Distrik Maryland ini akan resmi meninggalkan kantornya pada 11 Mei 2019. Demikian seperti dikutip dari BBC, Selasa (30/4/2019).

Sebelumnya, para wartawan Gedung Putih mengemukakan bahwa Rosenstein diperkirakan akan hengkang pada Maret tahun ini, menyusul penunjukan William Barr sebagai jaksa agung.

Namun, ia masih melaksanakan tugasnya untuk membantu Barr mengelola rilis publik dari temuan Penasihat Khusus Robert Mueller, sosok yang ditunjuk langsung oleh Rosenstein pada 2017 untuk menyelidiki klaim campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden 2016.

Trump dan Rosenstein sendiri punya hubungan kurang harmonis, meski hasil sementara dari investigasi ini --sebagian besar-- masih membenarkan Trump.

Presiden Amerika Serikat itu berulang kali menyebut penyelidikan tersebut sebagai "perburuan penyihir".

2 dari 3 halaman

Isi Surat Rosenstein

Ekspresi Presiden AS Donald Trump saat menghadiri National Prayer Breakfast atau Sarapan Doa Nasional di sebuah hotel di Washington DC (8/2). (AFP Photo/Mandel Ngan)

Dalam suratnya, Rod Rosenstein memuji segala upaya dan prestasi yang telah dilakukan oleh Departemen Kehakiman dan "pengabdian karyawan".

"Saya berterima kasih kepada Anda atas kesempatan yang diberikan kepadda saya untuk melayani negara; untuk kebaikan dan lelucon yang sering Anda tunjukkan dalam percakapan pribadi kita; dan untuk tujuan yang Anda tetapkan dalam pidato pelantikan Anda: patriotisme, persatuan, keselamatan, pendidikan, dan kesejahteraan," tambahnya, berbicara langsung dengan presiden.

"Departemen Kehakiman mengejar tujuan-tujuan itu sambil beroperasi sesuai dengan aturan hukum. Aturan hukum adalah dasar dari Amerika. Ini mengamankan kebebasan kita, memungkinkan warga negara kita untuk berkembang, dan memungkinkan bangsa kita untuk melayani sebagai model kebebasan dan keadilan untuk semua."

Dia melanjutkan dengan mengatakan, "Kebenaran tidak ditentukan oleh jajak pendapat".

"Kami mengabaikan gangguan sesaat dan memusatkan perhatian kami pada hal-hal yang penting, karena republik yang kuat tidak diatur oleh siklus berita."

Dalam kesimpulannya, Rosenstein menggemakan salah satu slogan kampanye Donald Trump: "Kami mempertahankan keyakinan, kami mengikuti aturan, dan kami selalu mengutamakan Amerika."

3 dari 3 halaman

Relasi yang Renggang dengan Donald Trump

Deputi Direktur FBI, Andrew McCabe, dipecat hanya dua hari sebelum ia resmi dinyatakan pensiun oleh departemen tersebut. (Jim Watson/AFP)

Pada 2017, Rod Rosenstein ditugaskan untuk menunjuk seseorang guna mengawasi investigasi klaim campur tangan Rusia dalam pilpres AS tahun 2016, setelah Donald Trump memecat direktur FBI James Comey.

Jeff Sessions, yang merupakan jaksa agung pada saat itu, sudah mengundurkan diri, yang berarti bahwa wakilnya harus mengambil alih tanggung jawab tersebut.

Rosenstein kemudian menggegerkan Gedung Putih ketika dia menunjuk Robert Mueller, seorang pengacara independen.

Hubungannya dengan presiden menjadi semakin terpecah pada September tahun lalu, ketika New York Times menerbitkan sebuah artikel yang menyatakan bahwa dirinya diam-diam merencanakan untuk melengserkan Trump.

Mengutip sumber anonim, surat kabar itu mengatakan Rosenstein secara sembunyi-sembunyi merekam Trump untuk membuktikan bahwa Trump tidak berguna. Rosenstein pun berpendapat bahwa hal itu diizinkan oleh federal, sejalan dengan amandemen ke-25 konstitusi.

Amandemen itu memungkinkan penggulingan presiden jika ia dianggap tidak layak untuk menjabat.

Rosenstein menolak klaim tersebut sebagai kabar yang tidak akurat dan faktual salah, dan sebuah sumber mengatakan kepada BBC pada saat itu bahwa warta yang dimuat New York Times adalah sarkastik.

Namun pada awal tahun ini, sebuah wawancara TV yang dibeberkan oleh mantan kepala FBI, Andrew McCabe, membuat ketegangan kian meradang.

McCabe mengulangi desas-desus pemakzulan Trump, sehingga membuat Trump menyerangnya dan juga menyebut Rosenstein sebagai "pengkhianat".

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya