Gunung Agung Alami Dua Kali Erupsi, PVMBG Keluarkan VONA Oranye

Mengingat adanya abu vulkanik yang dikeluarkan, maka PVMBG juga mengeluarkan VONA dengan kode warna oranye agar instansi terkait penerbangan udara dapat mengantisipasi lebih cepat.

oleh Dewi Divianta diperbarui 22 Feb 2019, 19:00 WIB
Embusan asap keluar dari kawah Gunung Agung ketika matahari terbit (sunrise) yang terlihat dari Kintamani, Bali, Rabu (13/12). BNPB menegaskan bahwa kondisi Pulau Bali aman bagi wisatawan meski Gunung Agung berstatus siaga. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Liputan6.com, Karangasem - Gunung Agung hari ini, Jumat (22/2/2019) mengalami dua kali erupsi. Erupsi Gunung Agung terjadi pada pukul 16.31 Wita dengan ketinggian 700 meter di atas puncak dan pada pukul 17.01 Wita dengan ketinggian 300 meter di atas puncak.

Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil Syahbana mengatakan, dampak erupsi berupa lontaran maupun hujan abu di sekitar areal kawah.

"Kolom erupsi teramati condong ke timur, namun arah angin sendiri mengarah ke barat, sehingga abu vulkanik berpotensi bergerak ke barat," kata Devy, Jumat (22/2/2019).

Mengingat adanya abu vulkanik yang dikeluarkan, maka PVMBG juga mengeluarkan VONA dengan kode warna oranye agar instansi terkait penerbangan udara dapat mengantisipasi lebih cepat.

Di sisi lain, analisis data komprefensif dari jaringan peralatan pemantauan Gunung Agung menunjukkan bahwa dalam beberapa hari terakhir terjadi peningkatan aktivitas magmatik di dalam tubuh Gunung Agung. Sehingga erupsi yang terjadi merupakan suatu keniscayaan dan wajar terjadi.

"Pascaerupsi ini Gunung Agung masih tetap berpotensi untuk erupsi kembali. Tipe erupsi yang mungkin terjadi dapat bersifat efusif (aliran lava ke dalam kawah) maupun eksplosif (lontaran lava pijar maupun abu). Indikasi untuk terjadinya erupsi yang besar atau yang setara dengan November 2017 lalu masih belum teramati," ucapnya.

Saat ini status aktivitas Gunung Agung masih berada di Level III (siaga) dan radius bahaya masih berada di dalam radius 4 kilometer.

PVMBG terus melakukan pemantauan 24 jam setiap hari untuk mengevaluasi ancaman bahayanya. Masyarakat agar tetap tenang namun tetap siaga dan mengikuti rekomendasi dari PVMBG.

2 dari 2 halaman

Peningkatan Aktivitas Magmatik

Gunung Agung di Bali. (Istimewa)

Analisis data komprefensif dari jaringan peralatan pemantauan Gunung Agung menunjukkan bahwa dalam beberapa hari terakhir ini terjadi peningkatan aktivitas magmatik di dalam tubuh Gunung Agung sehingga erupsi yang terjadi merupakan suatu keniscayaan dan wajar terjadi.

Pascaerupsi ini, Gunung Agung masih tetap berpotensi untuk erupsi kembali. Tipe erupsi yang mungkin terjadi dapat bersifat efusif (aliran lava ke dalam kawah) maupun eksplosif (lontaran lava pijar maupun abu).

Indikasi untuk terjadinya erupsi yang besar atau yang setara dengan November 2017 lalu masih belum teramati.

Saat ini status aktivitas G. Agung masih berada di Level III (Siaga) dan radius bahaya masih berada di dalam radius 4 km.

PVMBG terus melakukan pemantauan 24 jam setiap hari untuk mengevaluasi ancaman bahayanya. Masyarakat agar tetap tenang namun tetap siaga dan mengikuti rekomendasi dari PVMBG.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya