Lindungi Buruh Migran, Kemnaker RI dan ASEAN Luncurkan Safe Migration Campaign

Kementerian Ketenagakerjaan, didukung oleh Sekretariat ASEAN dan International Labour Organization (ILO), meluncurkan Safe Migration Campaign.

oleh Afra Augesti diperbarui 12 Des 2018, 17:00 WIB
Deputy Secretary-General of ASEAN for ASEAN Socio-Cultural Community, Kung Phoak, saat mengisi acara peluncuran Safe Migration Campaign di Skretariat ASEAN, Rabu, 12/12/2018. (Sekretariat ASEAN)

Liputan6.com, Jakarta - ASEAN meluncurkan Safe Migration Campaign guna meningkatkan kesadaran publik tentang keamanan migrasi buruh, yang menguntungkan semua pihak.

Kampanye ini diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia (Kemnaker RI) dengan dukungan dari Sekretariat ASEAN, International Labour Organization (ILO) melalui TRIANGLE-nya dalam program ASEAN dan Enhanced EU-ASEAN Dialogue Instrument (E-READI).

Selain ditujukan untuk masyarakat luas, Safe Migration Campaign juga menggarisbawahi bahwa setiap orang dapat berpartisipasi untuk ikut serta dalam membangun migrasi buruh yang aman.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Sekretaris ASEAN bidang Komunitas Sosial Budaya ASEAN, Kung Phoak, menyatakan bahwa migrasi selalu menjadi bagian sejarah dari sebuah bangsa.

Menurutnya, Safe Migration Campaign berkontribusi pada pelaksanaan ASEAN Consensus on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers (Konsensus ASEAN tentang Perlindungan dan Promosi Hak-hak Pekerja Migran), yang telah ditandatangani oleh para pemimpin negara dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN pada 31 November 2017.

"ASEAN, sebagai sebuah wilayah, memperingati International Migrants Day (Hari Migran Internasional) pada 18 Desember 2018 dengan meluncurkan Safe Migration Campaign pada hari ini. Kampanye tersebut merupakan salah satu bentuk komitmen kami untuk menerapkan ASEAN Consensus on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers," kata Kung Phoak dalam pidatonya saat menghadiri acara peluncuran, Rabu (12/12/2018) di Sekretariat ASEAN, Jakarta.

Sementara itu, Kemnaker mengungkapkan bahwa migrasi tenaga kerja di ASEAN telah meningkat setiap tahun. Diperkirakan, sebanyak 21,3 juta warga ASEAN tinggal di luar negara mereka, di mana 6,8 juta di antaranya adalah migran intra-regional.

Sejumlah besar pekerja migran ASEAN, bekerja di sektor domestik dan rentan mengalami kasus ketenagakerjaan dan non-tenaga kerja. Selain itu, para buruh tersebut juga sangat membutuhkan perlindungan. Untuk itulah, sangat penting bagi sebuah negara untuk memiliki komitmen di tingkat regional, demi melindungi para buruh migran ASEAN serta mempromosikan hak-hak mereka.

"Kami berharap kampanye ini akan meningkatkan kesadaran akan rekrutmen, penempatan dan perlindungan pekerja migran ASEAN," ucap Direktur Jenderal (dirjen) Departemen Tenaga Kerja Indonesia, Maruli Hasoloan, di saat yang sama.

 

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Pekerja Migran Perempuan

Seorang wanita dan anak migran memanjat bukit di San Ysidro, California, setelah memanjat pagar perbatasan AS (3/12). (AP Photo/Rebecca Blackwell)

Wakil Direktur Regional dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) untuk Asia dan Pasifik, Panudda Boonpala, mengatakan, migrasi tenaga kerja telah lama menjadi faktor penting di balik kemajuan ekonomi dan sosial kawasan ASEAN, begitu pula masyarakatnya.

"Hari ini, menjelang Hari Migran Internasional dan satu tahun setelah adopsi Konsensus ASEAN, kami berkumpul untuk berbagi informasi, membagikan kesadaran, dan menjadikan ASEAN sebagai wilayah migrasi yang aman," ungkap Boonpala.

Di satu sisi, program kampanye ini juga mendapat dukungan dari Uni Eropa, yang menggarisbawahi tentang buruh migran wanita di kawasan ASEAN. Hal tersebut disampaikan oleh Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN, Francisco Fontan. Di waktu yang sama, ia pun menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk mendukung ASEAN untuk mewujudkan migrasi yang aman.

"Kami mendedikasikan upaya substansial untuk membuat migrasi tenaga kerja aman dan adil bagi semua, khususnya migran perempuan di Asia Tenggara, untuk mencegah dan mengurangi kerja paksa, dan secara progresif menghilangkan eksploitasi pekerja migran," tutur Fontain.

Dialog ASEAN-EU tentang Migrasi Tenaga Kerja yang Aman secara bersama didukung oleh Sekretariat ASEAN dan Uni Eropa, melalui E-READI.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya