5 Penyebab MU Tak Lagi Menakutkan

MU sebelumnya pernah menjadi kekuatan besar di Liga Inggris

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Okt 2018, 20:00 WIB
MU kini tak lagi menakutkan di Liga Inggris.(AP Photo/Jon Super)

Liputan6.com, Jakarta - Manchester United (MU) pernah menjadi kekuatan terbesar di Liga Inggris. Di bawah asuhan Sir Alex Ferguson, MU memiliki sebuah skuat yang luar biasa. Setan Merah begitu solid di belakang, kreatif di tengah dan sangat mematikan di depan.

Namun, belakangan ini MU sudah kehilangan reputasinya sebagai tim yang disegani. Pertahanan mereka terlihat rapuh dan mudah kebobolan, lini tengah kurang berkualitas.

Di lapangan, para pemain MU juga tidak bisa membuat bola bergerak efektif, selain itu mereka sering membuang peluang di depan gawang.

Tidak mengherankan jika manajer mereka saat ini, Jose Mourinho mendapat banyak kritik. Namun, mengingat pergantian beberapa manajer belum bisa mengubah nasib klub, sepertinya masalah MU memang cukup pelik.

Berikut ini lima alasan mengapa MU sudah tidak lagi menjadi tim yang menakutkan seperti dilansir Sportskeeda.

2 dari 6 halaman

Gelandang Tak Punya Peran Yang Jelas

Gelandang Manchester United, Paul Pogba, tampak kecewa usai disingkirkan Sevilla dari Liga Champions di Stadion Old Trafford, Selasa (13/3/2018). Manchester United takluk 1-2 dari Sevilla. (AP/Dave Thompson)

Jose Mourinho membuat perubahan di lini tengah lebih banyak daripada posisi lainnya. Masalah terbesar yang dia hadapi adalah dia tidak punya pilihan yang tepat untuk lini tengahnya.

Pada sebagian besar musim ini, tidak ada gelandang yang diberikan posisi tetap untuk beroperasi di lini tengah. Mourinho sudah memainkan Pogba, Fellaini dan Matic dalam peran gelandang deep-lying midfielder.

Posisi yang tidak pasti itu membuat para pemain bingung dan mereka tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

Setelah pemain baru Fred kesulitan masuk ke skuat utama, Mourinho dipaksa untuk mengandalkan Mata, Lingard dan bahkan McTominay untuk memberikan stabilitas di lini tengah.

3 dari 6 halaman

Terlalu Banyak Eksperimen

Ekspresi pelatih Manchester United, Jose Mourinho saat memimpin timnya melawan Brighton pada lanjutan Premier League di Old Trafford, Manchester,(25/11/2017). Manchester United menang tipis 1-0. (Martin Rickett/PA via AP)

Mourinho sudah terlalu banyak bereksperimen dengan pemain dan formasi yang berbeda pada musim ini. Dia sudah mencoba formasi 4-3-3, 5-3-2 dan juga 3-5-1-1.

Jika melihat pemain yang diturunkan saat melawan Tottenham, Mourinho melakukan 6 perubahan di skuatnya. Pada akhir pekan kemarin, dia membuat tiga perubahan saat melawan Newcastle dan perubahan konstan sudah menjadi tren untuk Setan Merah pada musim ini.

Itu jelas sangat berbeda dengan era Sir Alex Ferguson, yang hampir bermain dengan starting XI yang sama kecuali ada pemain yang cedera. Kepercayaan penuh kepada pemain membuat mereka bisa memberikan yang terbaik di lapangan. 

4 dari 6 halaman

Minimnya Pemain Akademi Yang Berkualitas Marcus

Striker Manchester United, Marcus Rashford berebut bola dengan pemain Newcastle United Javier Manquillo saat bertanding pada lanjutan Liga Inggris di stadion Old Trafford (6/10). MU menang tipis atas Newcastle 3-2. (AP Photo/Jon Super)

Salah satu kelemahan yang mencolok dari Manchester United adalah minimnya pemain berkualitas yang muncul dari akademi.

MU punya salah satu akademi pemain muda terbesar di Inggris, tetapi sayangnya, hanya beberapa dari mereka yang bisa bermain di divisi teratas. Taktik Mourinho mungkin juga bertanggung jawab, tetapi yang jelas jika pemain muda tidak bisa menjadi starter di tim utama maka ada masalah.

Mengingat lulusan akademi seperti Jesse Lingard dan Marcus Rashford hanya bisa mencetak satu gol di antara mereka, perbaikan menyeluruh di akademi bisa mengubah nasib lulusan akademi dan klub itu sendiri.

5 dari 6 halaman

Bursa Transfer Yang Buruk Angel

Gelandang Manchester United, Fred. (AFP/Oli Scarff)

Manchester United adalah salah satu klub yang boros di bursa transfer belakangan ini dan mereka sama sekali tidak bijaksana dalam cara mereka membelanjakan uangnya.

Tidak ada strategi transfer yang jelas untuk Setan Merah. Yang mereka lakukan di setiap musim panas adalah melakukan satu pembelian besar dan pemain lainnya ditebus dengan harga mahal.

Itu mungkin bisa mendongkrak brand klub, tetapi kebijakan transfer yang salah arah tersebut punya konsekuensi tersendiri. Sebagian pembelian mahal adalah bencana dan pemain seperti Angel Di Maria, Memphis Depay, Mkhitaryan sudah meninggalkan klub dan pemain seperti Lindelof, Herrera dan pemain baru Fred kesulitan mendapatkan kesempatan bermain reguler.

6 dari 6 halaman

Tak Ada Duet Bek Tangguh

Pelatih Manchester United, Jose Mourinho, memberikan arahan kepada Scott McTominay saat melawan Real Madrid pada laga ICC 2018 di Miami Gardens, Rabu (1/8/2018). Manchester United menang 2-1 atas Real Madrid. (AP/Jim Rassol)

Salah satu alasan utama kesuksesan tim adalah skuat yang stabil. Jika para pemain merasa nyaman dengan posisinya, hal-hal menakjubkan bisa terjadi.

Itu seperti yang ditunjukkan oleh duet bek Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic, yang sudah saling memahami satu sama lain. Mereka adalah salah satu duet bek tengah yang paling ditakuti di liga selama delapan musim bermain bersama.

Sejak mereka pindah pada tahun 2014, belum ada satu bek tengah kelas dunia di skuat United apalagi duet bek tangguh di jantung pertahanan.

Dan masalah mereka di lini belakang semakin jelas karena Jose Mourinho menurunkan empat bek tengah yang berbeda di starting XI dalam 8 pertandingan liga dan sudah bereksperimen dengan kombinasi yang berbeda di hampir setiap pertandingan.

Bahkan, Mourinho sempat memainkan Scott McTominay yang notabene adalah gelandang sebagai pemain bertahan saat Setan Merah kalah 3-1 dari West Ham.

Sumber: www.bola.net

Saksikan video pilihan di bawah ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya