Konsumsi Listrik Sektor Wisata di NTB Belum Normal Pasca-Gempa Lombok

Saat ini tercatat total konsumsi listrik sektor wisata di NTB masih 2 Mega Watt (MW).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 17 Sep 2018, 08:20 WIB
PLN memastikan pasokan listrik untuk Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan hari ini sudah menyala kembali usai gempa besar pada minggu (5/8/2018) lalu. (Foto:Humas PLN)

Liputan6.com, Jakarta Konsumsi listrik sektor wisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) belum kembali normal, pascabencana gempa bumi yang terjadi sejak akhir Agustus 2018.

General Manager PLN Wilayah NTB, Rudi Purnomoloka mengatakan, ‎saat ini pasokan listrik NTB kembali normal pascagempa, tetapi konsumsi sektor wisata belum mengalami kenaikan karena masih banyak penginapan dan hotel yang tutup.

"Sekarang industri sudah masuk yang belum itu pariwista banyak hotel yang tutup," kata Rudi, dikutip di Jakarta, Senin (17/9/2018).

Rudi mengungkapkan, saat ini tercatat total konsumsi listrik sektor wisata di NTB masih 2 Mega Watt (MW). Sementara itu, saat kondisi normal konsumsi listrik sektor wisata mencapai 20 MW. Hal ini menandakan, penggunaan perangkat elektronik pada sektor wisata belum masif.

"Normalnya 20 MW sekarang hanya 2 MW, sekarang rata-rata hanya untuk penerangan saja, konsumsi listrik terbesar kan AC," tutur dia.

Gempa yang mengguncang wilayah Lombok sempat membuat pasokan listrik terganggu. Seperti yang terjadi pada 5 Agustus 2018, akibat guncangan Magnitudo 7 membuat infrastruktur kelistrikan rusak sehingga beban puncak kelistrikan wilayah Lombok mengalami penurunan dari 220 MW menjadi 50 MW.

Menurut Rudi, saat ini pasokan listrik di wilayah Lombok sudah normal sepenuhnya. Namun demi menjaga keamanan ‎bangunan yang hancur, pasokan listrik sementara diputus.

"Saat ini 100 persen kelistrikan PLN semua gardu nyala. Yang belum nyala karena rumahnya hancur," ucapnya.

Rudi melanjutkan, dari beban puncak saat kondisi normal 220 MW‎, pascagempa beban puncak mengalami penurunan menjadi 195 MW karena kerusakan bangunan pelanggan, sehingga pasokan listriknya dihentikan sementara.

‎"Kalau dari kelistrikan beban puncak 220 MW, sekarang masih 195 MW ada penurunan 25 MW itu. Karena rumah yang hancur," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya