Menlu Retno: Menjaga Persatuan Negara ASEAN Itu Penting

Hari ini, 51 tahun lalu, tepatnya 8 Agustus 1967, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Perbara) atau lebih dikenal dengan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) resmi berdiri.

oleh Afra Augesti diperbarui 08 Agu 2018, 15:30 WIB
Ilustrasi (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka memperingati 51 tahun ASEAN, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan bahwa ASEAN akan terus berupaya menciptakan lingkungan yang damai dan stabil.

"ASEAN berperan banyak dalam menciptakan environment yang damai dan stabil. Ini terasa sekali saat kita bicara di EAS (East Asia Summit) kemarin, hampir semua negara memberikan dukungannya untuk sentralitas ASEAN," ujar Menlu Retno, Rabu (8/8/2018) di Sekretariat Asean, Jakarta.

"Kalau sentralitas ASEAN didukung dan diakui banyak negara dan mitra kita, maka yang paling penting adalah menjaga unity of ASEAN itu sendiri," imbuhnya.

Sementara itu, pernyataan Menlu Retno Marsudi juga senada dengan apa yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Hock Hoi. Ia juga mendukung sentralitas dan persatuan dari organisasi yang terbentuk sejak 1967 tersebut.

"ASEAN harus mengutamakan perdamaian, sentralitas dan kesejahteraan kawasan. Saya harap akan ada konektivitas yang lebih baik dan lebih kuat antar negara-negara anggota ASEAN," kata Lim ketika membuka acara peringatan 51 tahun ASEAN di Sekretariat ASEAN, Rabu 8 Agustus 2018.

 

 

Saksikan juga video terkait ASEAN berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Sejarah Berdirinya ASEAN

Ilustrasi (Gunawan Kartapranata/Creative Commons)

Hari ini, 51 tahun lalu, tepatnya 8 Agustus 1967, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Perbara) atau lebih dikenal dengan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) resmi berdiri.

Pembentukan awal ASEAN melibatkan lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Perwakilan kelima negara itu berkumpul di Bangkok dan menginisiasi berdirinya organisasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara tersebut.

Setelah berdiri, banyak cobaan yang dihadapi oleh ASEAN. Salah satunya, persoalan Sabah antara Malaysia dan Filipina, serta soal hukuman mati terhadap anggota marinir Indonesia oleh Singapura.

Permasalahan ini mengakibatkan terputusnya hubungan diplomatik antara Malaysia dan Filipina.

Namun akhirnya Indonesia memainkan peran positif untuk mengusahakan perdamaian kedua belah pihak hingga tercapai kesepakatan damai.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya