11 Bayi Jadi Korban, Uji Coba Obat Anti-Disfungsi Ereksi untuk Ibu Hamil Disetop

Beberapa peneliti sempat berpendapat, obat disfungsi ereksi pada pria dapat membantu janin yang perkembangannya terlambat. Namun ternyata konsekuensinya cukup fatal.

Oleh DW.com diperbarui 26 Jul 2018, 08:01 WIB
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Amsterdam - Percobaan pemberian sildenafil pada wanita hamil di seluruh Belanda akhirnya dihentikan. Penyebabnya adalah kematian 11 bayi yang terlahir dari ibu yang ikut serta dalam uji coba obat tersebut.

Penelitian ini dilakukan di 10 rumah sakit di seluruh Belanda dan melibatkan wanita yang plasentanya telah berkinerja buruk.

Sildenafil dijual oleh Pfizer sebagai Viagra, tetapi pil yang digunakan dalam penelitian ini bukan yang diproduksi oleh perusahaan raksasa farmasi itu.

Sejatinya percobaan ini dirancang untuk menguji apakah obat tersebut dapat membantu meningkatkan pertumbuhan bayi di dalam rahim.

Viagra bekerja melebarkan pembuluh darah dan digunakan untuk disfungsi ereksi pada pria, juga diresepkan untuk orang dengan tekanan darah tinggi. Pada percobaan di atas, yang didukung oleh penelitian eksperimental pada tikus, obat itu diyakini akan mendorong aliran darah yang lebih baik melalui plasenta sehingga mendorong pertumbuhan anak.

Obat disfungsi ereksi pada pria konon dapat membantu janin yang perkembangannya terlambat, namun ternyata konsekuensinya cukup fatal. Demikian menurut beberapa peneliti Belanda.

Dokter dan peneliti Belanda kemudian mengumumkan bahwa penelitian yang melibatkan sildenafil mirip viagra dan perempuan hamil ini segera dihentikan setelah 11 bayi dinyatakan meninggal karena masalah paru-paru yang mungkin terkait obat itu, demikian dikutip dari laman DW, Kamis (26/7/2018).

Penelitian yang dilakukan di Pusat Kesehatan Akademik Universitas Amsterdam (AMC) bersama dengan 11 rumah sakit di Belanda ini melibatkan pemberian obat sildenafil. Obat ini diberikan kepada ibu hamil yang mengalami masalah pertumbuhan janin.

Viagra atau sildenafil memang dapat meningkatkan aliran darah dan penelitian sebelumnya juga menunjukkan obat ini mampu memperbaiki fungsi plasenta, kata AMC dalam sebuah pernyataan.

Para dokter ingin melihat apakah obat ini juga bisa dapat "merangsang perkembangan janin di dalam rahim" yang mengalami prognosis negatif.

"Hasil pertama dari penelitian saat ini menunjukkan bahwa mungkin ada efek buruk bagi bayi setelah lahir," lanjut pernyataan itu, menambahkan bahwa efek samping tersebut belum pernah terlihat sebelumnya.

Penyakit paru-paru mungkin terkait pemberian sildenafil.

Penelitian yang dimulai tahun 2015 ini penelitian ini melibatkan 183 perempuan hamil, sekitar setengahnya menerima sildenafil dan yang lain menerima obat plasebo.

Dari 93 perempuan yang diberi sildenafil, 19 bayi mereka mati setelah lahir, dengan 11 kematian akibat tekanan darah tinggi pada paru-paru yang mungkin terkait dengan pemberian sildenafil. Enam bayi lainnya juga memiliki kondisi paru-paru yang sama tetapi selamat.

Sementara itu, sembilan bayi dari kelompok 90 perempuan yang meminum placebo meninggal. Namun tidak satupun dari bayi-bayi itu meninggal karena masalah paru-paru. Tiga bayi dari grup placebo juga mengalami kondisi paru-paru seperti bayi dari grup sildenafil. Sedangkan tiga bayi selamat.

Obat ini tidak memberikan efek apapun terhadap para ibu dari kedua grup. Sementara ada 15 ibu yang terlibat penelitian ini dan masih belum melahirkan.

AMC mengatakan, di negara lain sildenafil kadang-kadang diresepkan untuk perempuan hamil yang bayinya menghadapi keterlambatan perkembangan di rahim, meskipun ini jarang terjadi di Belanda. Para peneliti berharap semua penggunaan obat itu dihentikan dan harus ada penelitian lebih lanjut untuk memeriksa efek dan keamanan obat itu ketika digunakan selama kehamilan.

Viagra pada awalnya dikembangkan oleh perusahaan farmasi Pfizer dan umumnya digunakan untuk mengobati disfungsi ereksi pada pria. Sekarang tersedia sebagai obat generik.

Klarifikasi Pfizer 

Menurut Public Affairs & Communications Director Pfizer, Bambang Chriswanto, pihaknya tidak terlibat dalam setiap aspek dari uji klinis ini, tidak mendanai maupun menyediakan produknya untuk percobaan tersebut.

Selain itu, menurut dia, pimpinan peneliti di Amsterdam University Medical Centre telah memberikan konfirmasi bahwa versi generik sildenafil yang bukan diproduksi oleh Pfizer digunakan untuk kegiatan uji klinis mereka, dan tidak terdapat peserta uji klinis yang menggunakan Viagra, sildenafil produksi Pfizer, maupun produk-produk Pfizer lainnya.

Viagra produksi Pfizer ditujukan untuk mengobati gejala disfungsi ereksi pada pria dewasa (usia di atas 18 tahun). Keamanan serta keampuhan Viagra telah terdokumentasikan dengan baik pada uji klinis yang melibatkan lebih dari 15.000 pasien.

Pihak Pfizer menyampaikan rasa simpati terhadap para peserta uji klinis tersebut beserta keluarganya.

 

*Artikel ini telah diubah pada Jumat 27 Juli 2018 dengan menyertakan klarifikasi dari pihak Pfizer

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya