Bunyi Kentongan Menandai Detik-detik Gerhana Bulan

Masyarakat di berbagai daerah menyaksikan gerhana bulan. Fenomena alam yang terjadi kali ini merupakan yang terpanjang sepanjang sejarah gerhana bulan di Indonesia, karena berlangsung selama lima jam.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Jun 2011, 12:30 WIB

Liputan6.com, Bandung: Detik-detik terjadinya gerhana bulan dipantau melalui lima teropong surya di Observatorium Bosscha di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (16/6) dini hari. Para peneliti sengaja menggunakan teropong kecil dengan ukuran 10 hingga 20 sentimeter agar proses gerhana dapat terlihat. Gerhana bulan kali ini tidak hanya bisa dilihat dengan teropong, tapi juga dengan mata telanjang [baca: Gerhana Bulan Total Berdurasi 100 Menit].

Bagi sebagian warga Solo, Jawa Tengah, gerhana bulan memiliki arti tersendiri. Mereka pun menggelar aksi memukul kentongan serta bunyi-bunyian lainnya. Mereka yakin fenomena gerhana bulan terjadi karena bulan ditelan buto atau raksasa jahat.

Sementara, umat Islam di berbagai daerah di Indonesia, menyikapi gerhana bulan dengan menunaikan salat sunah gerhana atau salat khusu. Seperti yang dilakukan kaum muslim di Kabupaten Bandung Barat dan Semarang, Jawa Tengah.

Salat sunah gerhana dilakukan ketika terjadi gerhana bulan atau gerhana matahari. Salat ini dilakukan untuk mengingatkan umat manusia bahwa matahari dan bulan adalah dua tanda kebesaran Allah. Setelah salat, jamaah membaca istigfar untuk memohon ampunan Allah.(ANS)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya