Pembakar Misterius Istana Siak Tak Terekam CCTV

Ada 15 pengunjung saat api melalap sebagian properti Istana Siak. Namun, tak satupun dari mereka yang berada dekat ruang yang terbakar.

oleh M Syukur diperbarui 09 Jan 2018, 15:30 WIB
Ada 15 pengunjung saat api melalap sebagian properti Istana Siak. Namun, tak satupun dari mereka yang berada dekat ruang yang terbakar. (Liputan6.com/M.Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - ‎Pelaku yang mencoba membakar Istana Siak masih misterius. Dari beberapa rekaman CCTV yang diperiksa penyidik Satuan Reserse Kriminal Polres Siak, tak ada aksi pelaku yang terekam meski saat itu petugas menyebut ada 15 pengunjung.

Menurut Kapolres Siak AKBP Barliansyah, tidak terekamnya pelaku karena CCTV yang ada di bagian depan tidak mengarah kepada objek yang terbakar. Hal itu menyulitkan proses identifikasi pembakar.

"CCTV tak mengarah kepada benda yang dibakar, seperti replika kesultanan dan tirai," kata Barliansyah, Selasa (9/1/2018) siang.

Berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara, sambung Barliansyah, kepolisian menemukan sebuah botol‎ air mineral yang sudah terbakar. Di lokasi, petugas juga mencium bau bensin yang diduga disiram ke replika dan kain, lalu dibakar.

Kepolisian berkesimpulan botol mineral itu dibawa pelaku masuk ke Istana Siak. Usai memantiknya dengan api, botol tadi juga dilempar ke kobaran. Selanjutnya, ia kabur dari istana yang terletak di Jalan Sultan Syarif Kasim itu.

Pemeriksaan penjaga istana, Barliansyah menyebut saat itu ada 15 pengunjung dan 10 petugas jaga lainnya di seputaran istana. Dan saat kejadian, pengunjung disebut tidak ada yang masuk areal terbakar.

"Pengakuan penjaga begitu, saat kebakaran tidak ada pengunjung di sana. Dari CCTV, arahnya tidak mengarah ke lokasi sehingga tak terekam detik-detik pembakaran," kata Barliansyah.

‎Akibat kejadian ini, Barliansyah menyebut ada dua replika patung di istana bernama Asseriyah Hasyimiyah‎ itu terbakar dan gorden warna merah termakan api setengah. Beruntung, api tidak menyebar ke lokasi lain karena cepat diketahui petugas jaga.

 

2 dari 2 halaman

Kisah Istana Matahari Timur

Wapres Jusuf Kalla didampingi Menteri LHK Siti Nurbaya meninjau Istana Siak Sri Indrapura, Kabupaten Siak, Riau, Jumat (22/7). Puncak Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tingkat Nasional 2016 ini mengangkat tema "Go Wild for Life". (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Istana Siak Sri Inderapura memiliki nama lain, yakni Istana Asserayah Hasyimiah atau Istana Matahari Timur. Istana ini merupakan kediaman resmi Sultan Siak yang mulai dibangun pada 1889, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim.

Istana itu merupakan peninggalan Kesultanan Siak Sri Inderapura yang selesai dibangun pada 1893. Kini, istana ini masuk wilayah administrasi Pemerintahan Kabupaten Siak.

Kompleks istana ini memiliki luas sekitar 32.000 meter persegi yang terdiri dari empat istana yaitu Istana Siak, Istana Lima, Istana Padjang, dan Istana Baroe. Istana Siak memiliki luas 1.000 meter persegi.

Istana Siak memiliki arsitektur bercorak Melayu, Arab, dan Eropa. Bangunannya terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dibagi menjadi enam ruangan sidang, yaitu tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, satu ruangan di samping kanan adalah ruang sidang kerajaan, juga digunakan untuk ruang pesta.

Sementara, lantai atas terbagi menjadi sembilan ruangan yang berfungsi untuk istirahat Sultan serta para tamu istana. Di puncak bangunan terdapat enam patung burung elang sebagai lambang keberanian kerajaan.

Di halaman istana masih dapat dilihat delapan meriam menyebar ke berbagai sisi-sisi halaman istana. Kemudian, di sebelah kiri belakang istana terdapat bangunan kecil yang dahulunya digunakan sebagai penjara sementara.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya