Pertumbuhan Global Diyakini Positif Bawa Bursa Asia Menguat

Bursa Asia antara lain dipengaruhi berita terbaru dari China.

oleh Nurmayanti diperbarui 12 Des 2017, 08:46 WIB
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Tokyo- Bursa Asia menguat terpicu optimisme tentang pertumbuhan global, yang diprediksi akan bertahan lebih lama seiring dampak kenaikan biaya pinjaman di Amerika pada minggu ini.

Melansir laman Reuters, Selasa (12/12/2017), indeks MSCI saham Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,06 persen, setelah melaju selama tiga hari berturut-turut.

Saham Australia menguat 0,2 persen dan Nikkei berjangka stabil setelah mencetak penutupan tertinggi dalam 25 tahun pada Senin.

Pasar Asia antara lain dipengaruhi berita terbaru dari China. Perbankan di negara ini, mengeluarkan kredit yang sangat murah pada November, yang bisa menjadi pertanda baik bagi penjualan ritel dan output industri di akhir minggu ini.

Wall Street sebelumnya ditutup menguat dengan penggerak terbesar dari sektor teknologi dan energi. Ini dipicu kenaikan harga minyak naik dan investor yang menunggu kebijakan kenaikan suku bunga Federal Reserve AS di akhir pekan ini.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 56,87 poin atau 0,23 persen menjadi 24.386,03. Sementara indeks S&P 500 menguat 8,49 poin atau 0,32 persen menjadi 2.659,99 dan Nasdaq Composite bertambah 35,00 poin atau 0,51 persen menjadi 6.875,08.

Saham yang menjadi pendorong terbesar pada laju sektor teknologi, berasal dari Apple Inc (AAPL.O), karena investor melihat kelanjutan fundamental kuat di sektor ini.

Sebuah ledakan di pusat komuter Port Authority di New York dikatakan tidak berdampak ke pasar. Investor justru menanti kebijakan Federal Reserve yang sedang bertemu selama dua hari dan berakhir rabu. Sementara Bank Sentral Eropa bertemu pada hari Kamis.

Ekonom JPMorgan David Hensley mencurigai Fed akan merevisi proyeksi pertumbuhannya saat memangkas prospek tingkat pengangguran, yang berpotensi menambahkan risiko terbalik pada perkiraan suku bunga.

"Titik petang sebelumnya menyerukan tiga kenaikan pada 2018. Ini adalah panggilan kemungkinan ini bergerak ke empat kenaikan," dia memperingatkan, sebuah kebijakan yang kemungkinan akan mendorong dolar namun bisa memecah obligasi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya