Cerita Kelam Black Friday yang Tenggelam karena Euforia Diskon

Beberapa kisah gelap dan getir Black Friday ini tenggelam dengan acara pesta diskon besar-besaran. Simak di sini

oleh Vinsensia Dianawanti diperbarui 24 Nov 2017, 14:00 WIB
Dikenal sebagai hari belanja, ternyata black friday awalnya tidak diperuntukkan bagi hari belanja.(Liputan6TV)

Liputan6.com, Jakarta Black friday dikenal sebagai hari belanja dengan diskon besar-besaran. Ajang tersebut dimanfaatkan untuk mengincar barang dari brand tertentu bagi banyak orang.

Selain membuat konsumen happy, black firday juga membuat perusahaan ritel berbahagia. Sebab, mereka akan melihat catatan pemasukannya berwarna hitam yang artinya mereka mengalami keuntungan.

Namun di balik semarak dan gempita, ada kisah yang menyedihkan di balik cerianya black friday. Melansir dari history.com pada Jumat (24/11/2017), penggunaan istilah black friday bukan diperuntukkan bagi harinya belanja jelang libur akhir tahun. Melainkan ditujukan untuk krisis keuangan yang terjadi di pasar emas Amerika Serikat pada 24 September 1869.

Dua pemodal Wall Street yang terkenal kejam, Jay Gould dan Jim Fisk, bekerja sama untuk membeli emas sebanyak mungkin di Amerika. Mereka berharap bisa menjualnya kembali dengan harga tinggi.

Sayangnya, hari Jumat di bulan September, kerja sama Jay dan Jim akhirnya bubar yang berdampak pada jatuhnya pasar saham. Sebab itu, hari Jumat itu disebut sebagai black friday bagi pemain saham dan pebisnis.

2 dari 2 halaman

Tertutup oleh cerita lainnya

Cerita masa lalu black friday yang kelam tertutup oleh kegembiraan diskon besar-besaran oleh sejumlah ritel. Di mana di black friday para perusahaan ritel juga akan mengalami keuntungan besar.

Namun beberapa tahun belakangan ini, cerita kelam lainnya tentang black friday beredar. Pada tahun 1800-an, seorang pemilik perusahaan perkebunan di Amerika Selatan membeli pekerja dengan harga yang sangat murah.

Namun di tahun 1960-an, perusahaan ritel mengganti tren black friday menjadi hari belanja dengan diskon besar. Diskon besar ini menggoda semua orang untuk belanja keperluan mereka jelang Natal dan Tahun Baru. 

Image black friday yang gelap tidak sepenuhnya hilang. Sebab, di hari tersebut sejumlah kepolisian di beberapa negara harus kerja ekstra untuk mengamankan kerumunan orang yang menghambat lalu lintas pada black friday.

Semua orang akan keluar dan pergi berbelanja di pusat kota untuk mendapatkan barang diskon yang diincarnya. Padahal seharusnya mereka bisa libur setelah perayaan Thanksgiving.

Black friday ini bukan hanya menjadi budaya bagi orang Amerika, melainkan telah menjadi budaya global yang meramabah di beberapa negara termasuk Indonesia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya