Pejabat Pyongyang: Ancaman Bom Hidrogen Korut Bukan Main-Main

Menurut Ri Yong-pil, Menlu Korut Ri Yong-ho bersungguh-sungguh saat melontarkan ancaman uji coba bom hidrogen di Samudra Pasifik.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 26 Okt 2017, 18:40 WIB
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un merayakan uji coba peluncuran rudal balistik Hwasong-12 di lokasi yang tak diketahui pada foto yang dirilis Sabtu (16/9). Rudal Hwasong-12 Korut pada Jumat ditembakkan menerobos langit Hokkaido Jepang (KCNA/KNS via AP)

Liputan6.com, Pyongyang - Seorang pejabat senior Korea Utara mengeluarkan peringatan keras. Menurutnya, dunia harus menyikapi dengan serius ancaman bom hidrogen yang dilontarkan Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-ho.

Pejabat yang diketahui bernama Ri Yong-pil tersebut mengatakan bahwa ancaman peluncuran bom hidrogen yang disampaikan Menlu Ri Yong-ho bulan lalu tidak boleh disepelekan.

"Korut selalu mewujudkan kata-katanya dalam tindakan," ujar Ri Yong-pil, seperti dikutip dari CNN pada Kamis (26/10/2017).

Ia menambahkan, "Menteri Luar Negeri sangat menyadari maksud pemimpin tertinggi kami, jadi saya rasa kata-katanya harus benar-benar ditanggapi dengan serius."

Adapun pada kesempatan yang sama, Ri Yong-pil menyiratkan bahwa saluran diplomatik antara AS dan Korut tidak ada. Padahal, sebelumnya Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengklaim pihaknya menjalin komunikasi dengan Pyongyang.

"AS bicara soal opsi militer bahkan melatih pergerakan militer. Mereka menekan kita di semua bidang lewat sanksi. Jika Anda berpikir ini mengarah pada diplomasi, Anda sepenuhnya salah," papar Ri Yong-pil.

Menlu Korut melontarkan ancaman terkait bom hidrogen saat berada di New York untuk menghadiri Sidang Majelis Umum PBB pada September lalu. Kala itu, ia mengungkap kemungkinan bahwa Korut dapat melakukan uji coba bom hidrogen terbesar di Samudra Pasifik.

Ri Yong-ho melontarkan pernyataan tersebut beberapa jam setelah Presiden Donald Trump mengancam akan menghancurkan Korut secara total saat ia berpidato di hadapan Sidang Majelis Umum PBB.

Korut terakhir kali melakukan uji coba nuklir keenam dan yang terkuat sejauh ini pada awal September lalu. Pyongyang mengklaim saat itu mereka berhasil memuat bom hidrogen ke dalam rudal.

Oleh PBB, kenekatan Korut itu direspons dengan sanksi baru.

Ancaman demi ancaman yang dipicu Korut telah menempatkan negara tetangganya di kawasan Asia Pasifik dalam kondisi siaga tinggi. Selain melakukan uji coba rudal bermuatan bom hidrogen, pada September lalu, Pyongyang juga meluncurkan misil yang melintasi langit Jepang.

Dalam "perang kata-kata" yang terjalin antara Korut dan AS, Pyongyang pada satu momen sempat mengatakan akan menembakkan rudal ke perairan Guam, wilayah AS yang terletak di Pasifik.

Trump dijadwalkan akan melawat ke sejumlah negara di Asia, termasuk Korea Selatan, pada November mendatang. Di Korsel, mantan pebisnis itu disebut-sebut akan mengunjungi wilayah perbatasan Korsel-Korut yang mencekam.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya