DKJ Mau Kesenian di Jakarta Tak Diintimidasi Kepentingan Politik

Ketua Dewan Kesenian Jakarta mengharapkan, di era kepemimpinan Anies-Sandi kesenian di Jakarta tak diintimidasi kepentingan politik.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 16 Okt 2017, 11:15 WIB
Dewan Kesenian Jakarta

Liputan6.com, Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, hari ini, Senin, 16 Oktober 2017, akan dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang baru. Banyak harapan dan cita-cita warga Jakarta yang digantungkan kepada Anies – Sandi, tak terkecuali soal kesenian dan kebudayaan.

Dalam sejarah kepemimpinan di DKI Jakarta, Gubernur Ali Sadikin dianggap yang paling perhatian dengan persoalan seni dan budaya di Jakarta. Hal tersebut dibuktikan dengan dibangunkan kompleks Taman Ismail Marzuki, sebagai wadah bagi para pekerja seni dan budaya di DKI Jakarta untuk terus berkarya dan membangun kebudayaan.

Lalu bagaimana dengan Anies – Sandi? Irawan Karseno, Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), saat dihubungi Liputan6.com, Senin  (16/10/2017) mengatakan, harusnya Anies bisa sama seperti gubernur terdahulu, dalam artian Ali Sadikin, yang menganggap pentingnya kesenian dan kebudayaan sebagai ruh masyarakat Jakarta.

“Tapi kan cara pandang tiap gubernur berbeda. Gubernur saat ini kebanyakan di Indonesia adalah politikus, akan mengambil keputusan yang paling kecil resistensinya,” kata Irawan.

Irawan sendiri mengharapkan, Anies Baswedan mampu memperkuat posisi DKJ sebagai partner strategis pemerintah daerah (pemda) dalam memajukan kesenian, khususnya di Jakarta, sebagai tolok ukur Indonesia. Salah satunya adalah dengan memahami pentingnya kemandirian kuratorial DKJ dan kebijakan anggaran.

“Paling tidak, kesenian di Jakarta enggak diintimidasi kepentingan politik,” ucap Irawan.

Banyak pekerjaan rumah dalam bidang kesenian dan kebudayaan yang perlu dibenahi pemimpin baru DKI Jakarta. Apalagi pekerja seni dan anak muda yang menekuni industri kreatif di Jakarta sangat banyak. Para pekerja seni ini perlu mendapat perhatian, perlu diperkenalkan dengan beragam hal di luar seni itu sendiri, untuk bisa mengemas kesenian menjadi sesuatu yang “penting” untuk dinikmati.

“Saya kira dengan fokus menjadikan Jakarta sebagai kota terkuat dalam kesenian, paling tidak di Asia, akan membuka peluang-peluang di iklim kesenian dan industri kreatif, yang tentu bisa menghadirkan kesejahteraan pada pekerja seni,” kata Irawan menambahkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya