Setara Institute: Kejahatan Saracen Mengarah ke Genosida

Terungkapnya kejahatan Saracen memperlihatkan bahwa meningkatnya kebencian atas sesama dalam setahun terakhir adalah hasil rancangan.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Agu 2017, 07:57 WIB
Tersangka kasus penyebaran ujaran bernada kebencian lewat internet digiring polisi usai rilis di Jakarta, Rabu (23/8). Tiga tersangka masuk dalam satu kelompok. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Setara Institute Hendardi mengatakan, yang dilakukan sindikat Saracen adalah kejahatan serius yang harus ditindak tegas. Sebab, konten kebencian itu menciptakan dampak luas yang bahkan bisa mengarah kepada genosida atau pembasmian etnis.

"Implikasi yang ditimbulkan dari konten kebencian adalah ketegangan sosial, konflik, diskriminasi, xenophobia, dan kekerasan. Bahkan pertemuan kelompok ini dengan para avonturir politik yang berkeliaran di republik ini, jika dibiarkan, bisa mengarah kepada genosida," kata Ketua Setara Institute Hendardi di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Selasa (29/8/2017).

Hendardi menjelaskan, pengungkapan sindikat penyedia jasa ujaran kebencian Saracen oleh Direktorat Tindak Pidana Siber Badan Reserse Kriminal Polri mengafirmasi bahwa meningkatnya kebencian atas sesama dalam setahun terakhir, adalah hasil rancangan.

"Situasi sosial yang rentan, kelompok intoleran yang eksis dan berpengaruh, hasrat berkuasa dengan menggunakan segala cara, membuat kelompok Saracen mendapatkan ceruk pasar yang luas," kata Hendardi.

Hendardi mengharapkan, keberhasilan Direktorat Siber yang dibentuk pada Maret 2017, dapat mengurangi dan terus mencegah konten-konten kebencian di masa depan.

"Pencegahan konten kebencian bukan hanya untuk mendukung pelaksanaan agenda-agenda politik elektoral pada musim pilkada 2018 dan pilpres 2019, tetapi yang utama ditujukan untuk pencegahan kebencian, diskriminasi, dan kekerasan," kata Hendardi.

Meskipun demikian, tambah Hendardi, pengungkapan Saracen hanya salah satu cara yang diharapkan memulihkan ruang publik yang lebih toleran.

"Hal utama lain yang harus dilakukan adalah menghadirkan teladan elite, membangun kebijakan yang kondusif bagi promosi toleransi dan keberagaman, serta penegakan hukum yang adil atas setiap praktik intoleransi, diskriminasi, dan kekerasan yang berpusat pada kebencian atas dasar apapun," kata Hendardi.

2 dari 2 halaman

Simpatisan Capres Gagal

Jasriadi, pria yang disebut-sebut sebagai ketua sindikat Saracen, rupanya adalah mantan simpatisan calon yang gagal pada pilpres 2014. Berawal dari simpatisan tersebut, Jasriadi mengaku saling kenal dengan teman seidenya hingga terjalin pertemanan.

"Perkenalan kita di medsos, waktu itu kan ada pilpres 2014, kebetulan kita simpatisan salah satu calon yang gagal, ya," ujar dia dalam wawancara khusus bersama Liputan6.com, baru-baru ini.

"Nah, di situ kita kenal dengan yang seide, dan dari situ setiap yang seide ya kita kenal," dia melanjutkan.

Kendati, Jasriadi menyebutkan, pertemanan tersebut tidak terjalin kuat. Karena itu, dia mengklaim hanya sebatas perkawanan di media sosial.

"Enggak juga. Karena kita sebatas pertemanan medsos," ucap dia.

Meski hanya pertemanan di media sosial, Jasriadi mengaku pernah kopi darat alias bertemu pada 2016.

"Waktu itu 2016 ada teman saya ngajak kopdar namanya AS, pas momen silaturahmi akbar di situ juga kebetulan kita kopdar bareng. Sebatas itu, setelah itu lupa lagi," kata dia.

Menurut Jasriadi, pertemuan besar-besaran itu terjadi saat Pilkada DKI Jakarta. Namun, dia mengaku lupa siapa saja yang hadir pada kesempatan itu.

"Itu pertemuannya saya enggak tahu persis yang silaturahmi akbar, di situ ada ceramah cara memilih pemimpin. Tapi saya lebih detailnya lupa, karena lama ya, dan itu keluar di media ya, itu sekitar bulan enam atau tujuh gitu. Itu juga tak ada sangkut pautnya dengan Saracen," ujar Jasriadi.

Saksikan video di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya