Wall Street Menguat Terdorong Sentimen The Fed

Meredanya harapan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau wall street berdampak positif untuk wall street.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Agu 2017, 05:00 WIB
Ilustrasi wall street

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat menjelang akhir pekan ini. Penguatan bursa saham AS atau the Federal Reserve didorong investor bertaruh bank sentral AS atau wall street akan pertahankan suku bunga rendah. Selain itu, pelaku pasar juga mengabaikan sentimen meningkatnya ketegangan Korea Utara dan AS.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 14,31 poin atau 0,07 persen menjadi 21.858,32. Indeks saham S&P 500 bertambah 3,11 poin atau 0,13 persen menjadi 2.441,31. Indeks saham Nasdaq menguat 39,68 poin atau 0,64 persen menjadi 6.256,56.

Selama sepekan ini, indeks saham S&P 500 tergelincir 1,4 persen. Indeks saham Dow Jones susut 1,1 persen. Sedangkan indeks saham S&P 500 melemah 1,5 persen.

Pada perdagangan saham menjelang akhir pekan, indeks saham cenderung bergejolak. Apalagi ancaman terus berlanjut antara AS dan Korea Utara. Presiden AS Donald Trump pun memberikan pernyataan ancaman. Dia berharap Korea Utara dapat memahami peringatannya tentang tindakan militer terhadap AS dan sekutu-sekutunya.

Sedangkan hasil rilis data menurut Chief Market Strategist Sun Trust Advisory Services Keith Lerner menarik minat investor beralih ke saham teknologi inforasi dan bioteknologi. Ini lantaran memburuknya saham seperti bank.

Selain itu, sentimen pengaruhi pasar yaitu harapan bank sentral AS tetap pertahankan suku bunga rendah. Robert Phipps, Direktur Capital Management Per Stirling menuturkan, kalau Pimpinan The Fed Dallas Rob Kaplan ingin bukti kemajuan menuju sasaran inflasi sebelum menaikkan suku bunga.

"Jika laporan keuangan perusahaan tetap kuat, suku bunga tetap rendah, investor bisa melihat melampaui sentimen Korea Utara sehingga bursa saham AS tetap reli," ujar Phipps, Sabtu (12/8/2017), seperti dikutip dari laman Reuters.

Adapun pelaku pasar melihat harapan kemungkinan suku bunga naik menjadi turun sebesar 40 persen dari sebelumnya 42 persen.

Sementara itu, sekitar US$ 1 triliun dana keluar dari pasar saham sejak Donald Trump mengeluarkan ancaman kepada Korea Utara.

Lima dari 11 sektor saham S&P pun berakhir menguat didorong sektor saham teknologi. Sektor saham bank turun 0,7 persen lantaran meredanya prospek kenaikan suku bunga.

Saham Snap melemah 14 persen usai capai rekor terendah. Saham JC Penney tergelincir 16,6 persen. Tercatat volume perdagangan saham sekitar 6,15 miliar saham di wall street. Angka ini di bawah rata-rata perdagangan saham 6,29 miliar saham.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya