Pesawat Maskapai Rusia Bangkrut Akan Diubah Jadi Air Force One?

AS mempertimbangkan opsi untuk membeli dua pesawat Boeing 747-8 pesanan maskapai penerbangan Rusia untuk Air Force One baru.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 04 Agu 2017, 10:00 WIB
Pesawat Kepresidenan AS, Air Force One (White House)

Liputan6.com, Washington, DC - Angkatan Udara Amerika Serikat, untuk saat ini, menanggalkan gagasan untuk membuat Pesawat Khusus Kepresidenan (Air Force One) dari nol.

Hal itu dipertimbangkan mengingat besarnya biaya untuk membuat burung besi yang pada dasarnya merupakan benteng udara untuk melindungi mobilitas Presiden AS Donald Trump.

Ketimbang membuat dari nol, AU AS kini mempertimbangkan opsi untuk membeli dua pesawat Boeing 747-8 pesanan maskapai penerbangan Rusia yang telah bangkrut sejak 2015 lalu untuk membuat Air Force One 'baru'. Demikian seperti laporan yang diperoleh CNN (3/8/2017) dari pejabat pemerintah AS anonim yang memahami isu tersebut.

Sementara itu, dua pejabat anonim dari Boeing mengaku bahwa kedua pesawat yang dimaksud pernah dites pasca-maskapai Rusia itu bangkrut. Namun hingga kini, burung besi tersebut masih tersimpan di hangar yang disewa Boeing di Victorville, California.

Akan tetapi, pejabat anonim lain menyebut bahwa kesepakatan resmi antara Boeing dengan AU AS belum tercapai. Hanya saja, kedua pihak baru menyepakati 'perjanjian di bawah tangan', sehingga, pesawat itu belum berpindah kepemilikan.

Sumber anonim lain menambahkan bahwa perjanjian resmi akan dicapai pada pekan yang akan datang.

"Kami masih dalam proses untuk mencapai tahap akhir koordinasi pembelian dua pesawat 747-8 dan diharapkan akan ada kabar dari kedua belah pihak segera," jelas juru bicara AU AS Ann Stefanek melengkapi informasi yang berasal dari sumber anonim itu.

Akan tetapi, Stefanek tidak mengonfirmasi apakah dua pesawat itu sebelumnya pernah dibeli oleh maskapai Rusia.

Dua pesawat itu diproduksi Boeing pada 2015. Namun, beberapa bulan pasca-produksi, Transaero --maskapai Rusia yang dimaksud-- mengalami pailit pada Oktober 2015.

Transaero sebelumnya memesan tiga pesawat 747-8 intercontinental aircraft dari Boeing. Namun, pasca-bangkrut pesawat itu diserahkan kembali oleh Transaero ke Boeing.

Saat ini, turut dilaporkan pula bahwa tiga pesawat yang dimaksud telah dihapus dari catatan inventaris Boeing. Seakan menandai bahwa telah ada pihak lain yang membeli burung besi jenis 747-8 itu.

Sebelumnya, pesawat itu dikabarkan sempat ditawarkan ke maskapai Iran Air. Namun transaksi itu gagal mencapai kesepakatan.

Menurut kalkulasi, Boeing 747-8 bekas itu akan menghemat besar biaya produksi Air Force One yang dirogoh dari kocek AU AS. Ketimbang menyalurkan dana besar untuk membuat dari awal, AU AS lebih memilih untuk membeli 747-8 dengan potongan harga yang cukup signifikan.

"Mungkin saja, rencana mereka untuk me-rekondisi pesawat ini karena alasan biaya yang lebih murah," jelas para pejabat Boeing secara anonim.

Dana yang tersisa --diperkirakan cukup banyak-- akan disisihkan untuk 'membentengi' pesawat itu dengan fasilitas standar militer guna melindungi Presiden Trump dari berbagai ancaman kala melakukan mobilitas via udara. Dari skema itu, sejumlah besar anggaran dapat dipangkas, dan sisanya akan kembali masuk dalam kas AU AS.

"Kami masih dalam proses menuju kesepakatan. Transaksi ini memiliki harga yang sesuai dengan AU AS dan mampu menghemat uang para pembayar pajak," jelas seorang juru bicara untuk Boeing.

Sebelumnya, Presiden Donald Trump telah mengkritik biaya program pembuatan Air Force One baru, yang ditujukan untuk mengganti burung besi kepresidenan saat ini yang telah beroperasi sejak 1990.

"Boeing memprouksi 747 Air Force One baru untuk presiden AS di masa mendatang, tapi biaya produksi sangat berlebihan, hingga lebih dari US$ 4 miliar. Batalkan pesanan!," kata Presiden Trump lewat akun Twitter-nya, @realDonaldTrump pada Desember 2016 lalu, sebelum resmi menjabat di Gedung Putih.

Saksikan juga video berikut ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya