Gunungan Kethek dari Desa Wisata Goa Kreo Semarang Bikin Heboh

Ribuan orang berduyun-duyun mendatangi Goa Kreo untuk melihat atraksi Gunungan Kethek.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 07 Jul 2017, 13:38 WIB
Ribuan orang berduyun-duyun mendatangi Goa Kreo untuk melihat atraksi Gunungan Kethek.

Liputan6.com, Semarang Pesona Goa Kreo di komplek desa wisata Pakintelan Gunungpati tidak hanya keusilan ribuan kera di obyek wisata andalan Semarang itu. Pasca lebaran H + 3 wisata "sarang kera" peninggalan Sunan Kalijaga itu juga memiliki atraksi tahunan yang ditunggu-tunggu wisatawan. Yaitu upacara Sesaji Rewanda dengan mengarak hasil bumi yang dipersembahkan kepada kera-kera yang ada di sana.

Ribuan orang berduyun-duyun mendatangi Goa Kreo untuk melihat sesaji unik tersebut. Atraksi sesaji hasil bumi itu selain "menjamu kera" juga sebagai ungkapan syukur kepada Sang Pencipta yang dilaksanakan setiap tahun pasca Hari Raya Lebaran.

Ada empat gunungan makanan raksasa hasil bumi penduduk lokal yang memiliki makna tersendiri. Terdiri dari gunungan sego kethek, buah- buahan, hasil bumi dan ketupat/ lepet dengan tinggi sekitar empat meter.

Diselipi pula replika kayu jati miliki Sunan Kalijaga sebagai awal soko guru sebagai pondasi saat membangun Masjid Agung Demak. Sesaji Rewanda diarak di pelataran Goa Kreo, komplek Waduk Jatibarang, Kelurahan Kandri Kecamatan Gunungpati Semarang.

"Gunungan sego kethek merupakan ciri khas dalam tradisi ini. Sego kethek terdiri dari nasi, urap sayur, tempe dan tahu yang dibungkus dalam daun," kata Kepala Dinas Pariwasata Kota Semarang Masdiana Safitri.

Gunungan- gunungan itu diarak oleh para pemuda yang membawa kostum kera (Rewanda), seorang warga berpakaian Sunan Kalijaga, barisan sembilan pemuda berperan sebagai prajurit kerajaan, dan barisan pager ayu yang terdiri dari empat wanita dan laki laki.

Di pelataran tersebut masyarakat saling berebut gunungan tumpengan terutama Gunungan Sego Kethek. Selain itu, terlihat puluhan kera ikut berebut buah-buahan pada gunungan buah-buahan.

"Sesaji Rewanda dilaksanakan H+3 usai Lebaran Syawal sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan yang telah memberikan dan menjaga kelestarian alam bagi manusia. Untuk Mahakarya Legenda Goa Kreo kami gelarkan tanggal 8 Juli," katanya.

Disampaikan pula, jika atraksi budaya ini telah dijadikan agenda tahunan untuk menarik wisatawan. Sebagai desa wisata, masyarakat selalu didorong menggali potensi lokal

Pihaknya mengklaim sudah menggandeng biro travel di luar Kota Semarang untuk menawarkan even budaya kepada wisatawan. Tujuannya tradisi tersebut semakin populer kepada masyarakat luas.

"Nanti kita akan galakkan potensi lokal lainnya, seperti homestaynya, sanggar-sanggarnya, kerajinannya, tarian-tariannya, dan mungkin juga pasar krempyengnya. Selain jadi sajian bagi wisatawan, itu diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga," pungkasnya.

Menpar Arief Yahya mengapresiasi kegiatan budaya di destinasi wisata itu. Atraksi ini bisa menjadi penguat destinasi dan hiburan buat masyarakat lokal.

"Yang seperti ini harus dipromosikan meluas melalui semua channel media, agar mendatangkan wisatawan ke Kota Semarang," kata Menpar Arief yang Mantan Dirut PT Telkom ini.

(*)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya