Begini Cara Remaja Kaya di Instagram Buang-Buang Uang

Seperti apa fenomena remaja kaya yang dijuluki "Rich Kids of Instagram" ini memamerkan hartanya?

oleh Jeko I. R. diperbarui 20 Jun 2017, 19:00 WIB
Rich Kids of Instagram. (Foto: Instagram)

Liputan6.com, Los Angeles - Instagram ternyata juga dijadikan tempat untuk memamerkan gaya hidup jetset oleh sebagian pengguna remaja. Bahkan, remaja-remaja kaya ini memiliki komunitas dalam sebuah akun yang dijuluki “Rich Kids of Instagram”.

Rich Kids of Instagram, sejatinya terbagi ke beberapa negara, sesuai penamaan. Ada Rich Kids of Hong Kong, Rich Kids of Tehran, Rich Kids of Dubai, Rich Kids of Germany, bahkan sampai Rich Kids of Indonesia.

Ada banyak foto dan video yang dipamerkan, mulai dari foto liburan di tempat mewah, pamer mobil-mobil super, barang-barang mahal seperti jet pribadi, arloji premium, hingga perkumpulan sosial khusus remaja-remaja kaya. Kekayaan yang mereka punya berasal dari usaha sendiri. Ada juga yang masih nimbrung kekayaan dari orang tua.

Salah satu remaja kaya yang paling disorot adalah Timothy Drake, asal Florida, Amerika Serikat. Remaja berusia 24 tahun ini adalah anak dari pengusaha berlian, cuma kekayaan yang ia dapat murni dari penghasilan orang tua. Ia mengaku sering menginap di hotel super mewah dan memamerkannya di Instagram.

"Bagi saya, menghabiskan banyak uang untuk tinggal di kamar Presidential Suite beberapa hotel besar sudah biasa. Saya biasanya menghabiskan biaya US$ 43 ribu (Rp 571 juta) per malam selama tiga minggu,"" kata Drake.

Selain Drake, ada juga Evan Luthra yang dikenal sebagai selebgram dengan jumlah ratusan ribu follower di Instagram. Berbeda dengan Drake, remaja asal Los Angeles menghabiskan uangnya dari hasil usaha sendiri.

"Saya senang pergi ke klub. Ya kira-kira habis minimal US$ 20 ribu (Rp 265 juta) per malam. Kalau bosan, saya suka sewa kapal pesiar dengan biaya minimal US$ 50 ribu (Rp 664 juta) per hari," jelas Luthra.

Bagaimana pun, keberadaan Rich Kids of Instagram menuai pro dan kontra. Ada juga yang menilai mereka biasa-biasa saja, mengingat itu kekayaan mereka.

Fenomena ini, di mata sosiolog asal Australia, Jon Strattion, merupakan dorongan motivasi tertentu yang menciptakan stigma sosial di dunia maya. Salah satunya adalah kecenderungan ingin show off dan membuat pengikutnya iri.

Tak jarang, remaja kaya ini semata-mata cuma ingin membentuk personal branding dengan segala macam harta yang mereka miliki.

"Mereka ingin yang lain itu jadi iri. Karena sudah kaya dari sananya, mereka kebanyakan tidak tahu seperti apa kehidupan orang-orang di luar sana," kata Stratton sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip via Sydney Morning Herald, Selasa (20/6/2017).

(Jek/Cas)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya