Ketum PBNU: Kita Sepakat Jadi Islam yang Ramah

Sehingga, tegas Said, setiap ada gerakan-gerakan yang bertentangan dengan prinsip kedamaian, haruslah ditindak tegas.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 19 Mei 2017, 16:33 WIB
Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj memberikan ceramah saat Istighotsah untuk Jakarta Damai di PBNU, Jakarta, Jumat (7/4). Istighotsah digelar untuk mendoakan Jakarta Damai jelang Pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhlatul Ulama (PBNU) KH Said AqilSiradj menegaskan, sejumlah ormas Islam jauh hari telah sepakat untuk jadi umat yang ramah dan berbudaya.

"Indonesia ini, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Agus Salim, Wahid Hasyim, Kahar Muzakir, sepakat kita Islam yang ramah, berbudaya, dan berakhlak," ujar Said Aqil di Kantor PBNU Jakarta, Jumat (19/5/2017).

Said menyatakan, Indonesia adalah negara damai. Waktu itu kalau kiai-kiai NU ngomongnya tahun 1936 darussalam, negara yang damai.

"Artinya bukan negara agama, bukan negara suku, nation," ucap dia.

Karena itu, ujar Said Aqil, setiap ada gerakan-gerakan yang bertentangan dengan prinsip kedamaian, haruslah ditindak tegas.

"Setiap gerakan yang mengarah, bertentangan dengan prinsip itu, harus kita sikapi tegas, jangan dibiarkan," kata Said Aqil.

"Iya kalau masih kecil. Kalau sudah besar, jutaan anggotanya, apa enggak merongrong. Kan minimal mengurangi rasa nasionalisme kita, mengurangi kecintaan kita terhadap Pancasila, commit kita terhadap Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika, minimal itu kan paling tidak,"kata Said Aqil.

Menurut Said Aqil, saat ini yang dibutuhkan Indonesia adalah persatuan dan kesatuan yang lebih kuat agar tidak terjadi perpecahan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya