Ini yang Dihindari Ahok dengan Kampanye Tertutup

Saat ini Ahok kerap lakukan kampanye tak terjadwal dan mendadak.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 06 Apr 2017, 08:15 WIB
Calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menemui warga di kawasan Radio Dalam, Jakarta, Rabu (5/4). Ahok mengisi masa kampanye dengan melakukan blusukan untuk mendengarkan keluhan dan masukan dari warga (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Tim Pemenangan Prasetyo Edi Marsudi yakin jika calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok-Djarot Saiful Hidayat menang di Pilkada DKI Jakarta.

"Yang jelas, survei internal enggak saya keluarkan angkanya, tapi semakin membaik buat Ahok-Djarot," ujar Prasetyo di Posko Pemenangan Ahok-Djarot Jalan Borobudur 18 Jakarta, Rabu (5/4/2017).

Dengan begitu, Prasetyo pun makin optimistis kalau Ahok-Djarot akan menang pada Pilkada DKI Jakarta putaran kedua ini. Berapapun angkanya, lanjut dia, yang penting menang dalam presentasnya.

Kenaikan angka dalam survei ini, kata Prasetyo terjadi lantaran Ahok mengubah strategi kampanyenya.

"Sekarang Pak Ahok lebih langsung ke audience. Kenapa kok kita begitu? Kemarin kan kita sudah terbuka (mengumumkan ke masyarakat), sekarang kita mulai tertutup," paparnya.

Kampanye tanpa jadwal dan mendadak yang dilakukan Ahok itu, kata Prasetyo juga untuk menghindari konflik seperti pada saat putaran pertama.

"Kan orang dulu kita datang ke sana memakai schedule, dirilis, terjadilah konflik di lapangan, akhirnya banyak sekali terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Padahal Pilkada ini kita kan meninjau, seperti itu strateginya," kata dia.

Pada kampanye pilkada putaran pertama, Ahok dan Djarot kerap dihadang dan diusir dari wilayah yang dia datangi. Sehingga warga terprovokasi.

Prasetyo mengaku, saat dirinya turun ke lapangan dia menilai saat ini sudah pintar dan tidak mudah terprovokasi beragam isu yang berkembang.

"Kalau saya turun ke masyarakat bawah, kita sudah melihat masyarakat bawah sudah cerdas dan tidak terkontaminasi dengan satu situasi dengan penistaan agama atau apa. Pada putaran pertama saya kaget, pada putaran kedua tuh Ahok-Djarot pasti menang, tetapi saya bisa kagumin bisa menangin di putaran pertama," ucapnya.

Dengan banyaknya isu, lanjut Prasetyo, masyarakat Ibu Kota pada akhirnya justru bisa menentukan pilihan.

"Lama-lama banyak juga masyarakat yang sudah bisa memilih. Mudah-mudahan Jakarta menghasilkan pemimpin yang terbaik untuk Jakarta," tandas Prasetyo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya