Sosok Penyulih Suara Video Hoax Penculikan Berbahasa Madura

Video hoax penculikan berbahasa Madura telah membuat warga Bangkalan ketar-ketir, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

oleh Musthofa Aldo diperbarui 30 Mar 2017, 13:03 WIB
Ilustrasi Liputan Khusus Penculikan Anak

Liputan6.com, Bangkalan - Sebuah video yang disebar salah satu akun Facebook membuat gempar warga Bangkalan karena isu penculikan anak. Video berdurasi kurang lebih dua menit itu menayangkan seorang bocah terluka di bagian lehernya.

Seseorang sepertinya dokter sedang mengobati bocah itu. Dalam video itu juga terdapat pencakapan dalam Bahasa Madura yang menjelaskan bahwa bocah itu warga Desa Manoan, Kecamatan Kokop dan baru saja menjadi korban penculikan.

Setelah ditelusuri, kejadian dalam video itu ternyata di India. Leher si bocah ternyata luka akibat terjerat tali layangan. Suara percakapan dalam video itu, sengaja dipasang oleh penyebar hoax agar warga percaya bahwa penculikan itu terjadi di Bangkalan.

Akibat video itu, Kepala Desa Manoan Supriyadi sampai harus membuat video klarifikasi dan diunggah ke Youtube untuk menenangkan warganya yang berada di perantauan. Ia memastikan isu penculikan itu tidak benar.

Sejumlah tokoh masyarakat Desa Manoan sempat mendatangi Polres Bangkalan untuk memberitahu polisi siapa penyebar video tersebut. Penyebar disebut merupakan warga Kokop yang saat ini tengah merantau jadi TKI di Arab Saudi.

Melihat pola penyebaran video penculikan itu, Kapolres Bangkalan AKBP Anisullah M Ridha menduga kuat penyebaran video sudah direncanakan sedemikian rupa. Tujuannya untuk menyerang pemerintah, menciptakan opini publik seolah-olah pemerintah tidak berdaya dan tak bisa berbuat apa-apa.

Agar masyarakat percaya, kata Anis, para penyebar memasukkan obrolan dalam video itu dengan bahasa daerah. Misalnya akan disebar ke Madura, obrolan dalam video pakai bahasa Madura, bila disebarkan ke Aceh pakai bahasa Aceh. Termasuk juga muncul video serupa versi bahasa daerah Papua.

"Saya yakin ini settingan, sudah dirancang, adanya obrolan bahasa daerah menunjukkan pelakunya niat banget," ujar dia, Rabu, 29 Marer 2016.

Polisi tak tinggal diam. Untuk melawan hoax penculikan anak, semua perwira dari Polres hingga Polsek dikerahkan ke sekolah-sekolah mulai dari SD hingga SMA. Mereka memanfaatkan momen upacara bendera setiap Senin untuk meluruskan hoax seputar penculikan anak.

Kepala Satuan Sabhara AKP Musihram misalnya. Pada Senin, 27 Maret 2017 lalu bertugas sebagai inspektur upacara di SMP 5 Bangkalan. Dari kegiatan itu, kata dia, terungkap, isu penculikan tidak hanya meresahkan wali murid, para guru pun dibuat was-was.

"Setelah kita jelaskan bahwa isu itu bohong, guru merasa lega," kata dia.

Tiga hari sebelumnya, Jumat, 24 Maret 2017, Polres Bangkalan juga bergerak serempak melawan hoax. Saat itu, memanfaatkan momen ibadah salat Jumat. Para kepala satuan dan kepala polsek dikerahkan ke masjid-masjid di 18 kecamatan. Usai salat Jumat, mereka menyampaikan kepada jemaah bahwa isu penculikan bohong.

"Saya tegaskan, sampai hari ini nggak ada penculikan anak di Bangkalan," kata Anis, di hadapan ratusan jamaah salat Jumat di Masjid Agung Bangkalan, Jumat lalu.

Selain di sekolah dan masjid, sosialisasi melawan hoax penculikan juga dilakukan di bus kota yang melintas di akses Suramadu. Polisi lalu lintas dari Satlantas Polres Bangkalan menyetop tiap bus yang lewat.

Di dalam bus, polisi memberikan pengarahan kepada penumpang agar tak mempercayai isu penculikan. Polisi juga menyebar selebaran kepada tiap penumpang.

Meski palsu, ternyata banyak warga yang memercayai video tersebut. Hal itu tergambar dari penuturan Ahmat Suhairi, seorang guru ngaji di Kecamatan Socah. Dia mengatakan di awal-awal video beredar, selama tiga hari semua muridnya bolos mengaji karena takut diculik.

"Bahkan anak saya yang biasanya berangkat sekolah sendiri, sekarang minta diantar jemput," tutur dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya