Menteri Susi Imbau Pembudidaya Mutiara Tak Buang Sampah di Laut

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meminta pembudidaya rumput laut dan mutiara di Baubau, Sulteng jaga kebersihan laut.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 23 Mar 2017, 10:15 WIB
Menteri KKP, Susi Pudjiastuti memberikan paparan saat konferensi pers di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Selasa (17/1). Dalam keterangannya Susi juga membahas Satgas IUUF 115 : Refleksi 2016 dan Rencana 2017. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengimbau kepada pembudidaya rumput laut dan mutiara di Kecamatan Palabusa, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sulteng) untuk menjaga kebersihan laut. Hal itu akan meningkatkan kualitas dari mutiara-mutiara Indonesia.

Susi mengimbau hal itu pasca melihat banyaknya sampah di sekitar perairan yang menjadi lokasi budidaya rumput laut dan mutiara. "Tidak boleh buang sampah di laut, kualitas mutiara jadi jelek," tegas Susi di Jakarta, Kamis (23/3/2017).

Dalam dialognya, para pembudidaya rumput laut dan mutiara di Palabusa menyampaikan keluh kesahnya kepada Susi, terutama terkait kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan usaha budidaya.

Permasalahan yang diutarakan berhubungan dengan kualitas bibit rumput laut yang rendah, sulitnya akses pasar, harga jual yang rendah, hingga kurangnya armada kapal untuk menanam atau mengangkut hasil panen. Hal senada juga dikeluhkan pembudidaya kerang mutiara, mereka menginginkan adanya tambahan armada kapal katinting di bawah 3 GT sebagai sarana penunjang.

Menanggapi keluhan tersebut, Susi mengimbau pembudidaya dan nelayan untuk membangun koperasi agar bantuan pemerintah dapat dipertanggungjawabkan dan tepat sasaran.

"Bapak dan Ibu buatlah koperasi, supaya kita (KKP) bisa bantu. Pemerintah ingin memberikan bantuan yang tepat sasaran, karena KUB (Kelompok Usaha Bersama) pertanggungjawabannya sulit," ujar dia.

Susi Pudjiastuti memastikan agar nantinya setelah bantuan diberikan, koperasi dapat dijalankan dengan baik. Koperasi juga harus betul-betul beranggotakan pembudidaya atau nelayan, pengurusnya dapat berasal dari anak muda setempat lulusan SMA, serta pejabat daerah sebagai pembinanya.

"Nanti dapat bantuan harus dipakai bersama, hasilnya juga. Kalau berjalan bagus, rukun, nanti bisa ditambah lagi (bantuannya)," jelas Susi.

Terkait permasalahan harga dan akses pasar, Susi menyarankan agar ada kesepakatan harga yang baik antara pembudidaya rumput laut dan tengkulak. Untuk mendongkrak harga, rumput laut bisa dijual sekaligus dalam jumlah besar dengan sistem lelang dan pemerintah akan membantu mendatangkan pembelinya dari luar kota.

"Koperasi yang menentukan jadwal lelangnya, bisa sebulan dua kali," ujar Susi.

Adapun untuk kebutuhan bibit rumput laut, KKP bersama Dinas Kelautan dan Perikanan setempat akan mendatangkan bibit berkualitas baik dari daerah lain, serta membangun pusat pembibitan rumput laut di Baubau.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya