Boleh Ganti Merek Oli Mesin, tapi Hati-Hati dengan Kekentalannya

Fungsi oli mengurangi gesekan antara komponen, pendingin, perapat celah, peredam getaran, pembersih kotoran dan antikarat.

oleh Herdi Muhardi diperbarui 06 Mar 2017, 18:18 WIB
Saat oli diganti, maka oli tersebut haruslah kotor. Kekotoran inilah yang menandakan oli bekerja dengan baik.

Liputan6.com, Jakarta - Penggantian oli pada mesin wajib dilakukan secara berkala. Hal ini dilakukan agar komponen mesin terhindar dari gangguan.

Pasalnya, oli memiliki banyak fungsi, seperti mengurangi gesekan antara komponen, pendingin, perapat celah, peredam getaran, pembersih kotoran, sampai antikarat.

Menurut pengamatan Mia Khrishna Anggraini, Coordinator Product Development Specialist PT Pertamina Lubricants, penggantian penggunaan tipe atau merek oli memang sering dilakukan.

Saat ini oli mesin hampir memiliki teknologi yang sama. Hanya saja, hal itu tergantung compatibility (kecocokan) terhadap mobil atau motor.

“Misalnya hari ini ganti dengan merek ini, bulan depan merek lainnya. Itu masih torelable. Kenapa? Saat ganti oli itu masih ada sekian persen yang tertinggal, terlebih teknologi engine oil itu biasanya mirip-mirip,” ujar Mia saat ditemui di acara Engine Oil Seminar 2017, di Pertamina, Merdeka Timur, Jakarta, Senin (6/3/2017).

Akan tetapi, Mia menuturkan, yang perlu dikhawatirkan adalah pergantian tipe viskositas dan ambien temperatur dalam derajat Celcius, misalnya dari 5W-30 berganti ke 20W-50.

“Sebab, biasanya, oli mesin mobil yang dari 5W ganti ke 20W, atau ke yang lebih encer itu sangat berbahaya. Apalagi dibuat oleh perusahaan yang tidak memiliki reputasi karena bisa jadi menimbulkan penguapan,” ucap Mia.

Oleh karena itu, Mia menyarankan agar konsumen tidak mengganti-ganti oli mesin dengan cepat. Selain itu, jika mobil sudah berumur, disarankan tidak mengganti oli mesin dengan yang lebih encer, karena pada dasarnya komponen mesin akan memiliki gap lebih jauh dengan komponen lainnya.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya