Asnawin, Tukang Jual Gorengan yang Berhasil Jadi Sarjana Ekonomi

Wisudawan sekaligus tukang gorengan bernama Asnawin ini hadiri acara wisudanya di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

oleh Angga Utomo diperbarui 27 Feb 2017, 10:45 WIB
Awi ini sudah berjualan gorengan sejak SMP saat dia masih tinggal di Bangka bersama orang tuanya.

Liputan6.com, Jakarta Biaya untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi memang tidak sedikit. Tapi Anda jangan pernah menjadikan biaya sebagai alasan untuk tidak bisa berkuliah. Salah seorang wisudawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan gelar Sarjana Ekonomi, mampu lulus dengan uang hasil jerih payahnya sendiri dengan menjual gorengan. 

Wisudawan sekaligus penjual gorengan bernama Asnawin diwisuda UMY pada Sabtu, 11 Februari 2017. Dengan pakaian lengkap wisuda, Asnawin tampil nyentrik hari itu dengan membawa perlengkapan dagangnya. Dengan membagikan dagangannya kepada semua orang yang hadir pada acara wisuda itu, Asnawin ingin membuktikan bahwa seorang tukang gorengan juga pantas untuk menjadi sarjana, dan mampu untuk berkuliah. 

Pria yang akrab disapa Awi ini sudah berjualan gorengan sejak SMP saat dia masih tinggal di Bangka bersama orang tuanya. Menjajakan gorengan sudah menjadi penopang ekonomi di keluarganya sejak lama. Bahkan Awi sempat meninggalkan bangku sekolahnya ketika akan memasuki jenjang SMA. Dikarenakan harus membantu orang tuanya mencari rupiah demi melanjutkan sekolahnya.

Berselang 4 tahun, di usia 19 tahun barulah Awi bisa masuk SMA. Dari sinilah keberuntungan Awi mulai terlihat. Di SMA-nya dia terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar ke Yogyakarta. Di kota pelajar ini Awi tetap berdagang gorengan, karena dalam pikirannya, inilah awal kehidupannya yang baru di mana nantinya setelah lulus SMA dia akan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. 

Foto dok. Liputan6.com

Benar saja, setelah lulus SMA, uang hasil dagangya cukup untum membiayainya masuk ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Segala kebutuhan perkuliahannya didapatkan dari hasil berdagang. Hidup Awi sungguh jauh berbeda dengan gaya mahasiswa masa kini. Awi harus pintar membagi waktunya antara berkuliah dan berdagang. 

Bayangkan saja Awi harus sudah bangun setiap jam 4 subuh untuk kepasar dan menyiapkan bumbu yang akan diracik nantinya sebelum dia berangkat kuliah pada pagi hari. Sepulang kuliah, barulah ia mulai menggoreng dagangannya yang akan segera ia jajakan hingga malam, jika dia tidak mengikuti kelas malam di kampusnya. Pria yang berencana melanjutkan studi S2-nya di luar negri ini, ternyata juga pernah lelah dengan kondisinya. Dia sempat akan menyerah di semester 3 karena dagangannya tidak laku.

Dengan semangat yang dia miliki, walau di tengah cemoohan orang tentang dirinya yang hanyalah seorang tukang gorengan, kini Awi mampu membuktikan bahwa dia bisa sarjana berangkat dari apa yang dia perjuangkan sendiri.

Penulis:

Ilham Pratama

Universitas Moestopo

Jadilah bagian dari Komunitas Campus CJ Liputan6.com dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail: campuscj6@gmail.com serta follow official Instagram @campuscj6 untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya