Tari Serampang Dua Belas, Ikon Nasional yang Terlupakan

Tari Serampang Dua Belas pernah mengalami masa kejayaan ketika Presiden Sukarno menjadikannya sebagai tarian nasional.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 22 Sep 2016, 09:00 WIB
Tari Serampang Dua Belas pernah mengalami masa kejayaan ketika Presiden Sukarno menjadikannya sebagai tarian nasional.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Sukarno pernah mengundang kelompok tari asal Medan untuk menampilkan tari Serampang Dua Belas di Istana Negara. Kecintaan Sukarno pada tarian muda-mudi Melayu ini juga diperlihatkan dengan menjadikannya sebagai bagian dari diplomasi budaya, yang kerap dibawa dan dipentaskan di banyak negara. Tak hanya itu, bahkan Sukarno pernah menjadikan tarian Serampang Dua Belas sebagai tarian nasional dan menjadi bahan ajar wajib di seluruh sekolah di Indonesia.

Setelah bertahun-tahun, perkembangan tarian ini makin menyurut. Hal tersebut tentu disebabkan oleh berkurangnya minat generasi muda dengan segala hal yang bernuansa seni tradisi, termasuk pada tari Serampang Dua Belas. Atas dasar itulah, Anjungan Sumatera Utara, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) akhir pekan lalu menggelar Festival Tari Serampang Dua Belas se-Nusantara.

Retno, budayawan Melayu yang juga menjadi juri dalam gelaran tersebut kepada Liputan6.com mengatakan, tari Serampang Dua Belas bukan hanya sekadar tarian, di dalamnya terdapat makna dan filosofi yang mendalam tentang tata cara pergaulan muda-mudi dalam budaya Melayu.

“Ada cara dan ada tata tertib pada tarian Serampang Dua Belas, bahwasannya pertemuan-pertemuan muda-mudi itu melalui tahapan-tahapan tertentu, dan tidak langsung bertemu. Kalau muda-mudi sekarang berbeda, pergaulan mereka lebih bebas. Padahal di dalam tarian ini ada petunjuk ajar yang luar biasa pada tradisi kita soal pergaulan,” kata Retno.

Senada dengan itu, Tatan Daniel selaku Ketua Anjungan Sumatera Utara TMII mengatakan, bagi masyarakat Melayu tarian ini telah menjadi ikon, bahkan perkembangannya meluas hingga Malaysia, Singapura, dan Thailand.
“Kalau kita menyaksikan film 3 Dara yang hitam putih, di situ ada adegan muda-mudi Jakarta mengadakan acara, dan di situ muda-mudi menarikan Serampang Dua Belas lengkap dengan pakaian teluk belanga. Itu artinya apa? Dahulu tarian ini menjadi sesuatu yang khas dalam pergaulan muda-mudi,” kata Tatan.

Lebih jauh Tatan mengharapkan, ke depan ada titik terang tentang pelestarian Tari Serampang Dua Belas sebagai ikon tari nasional. Sehingga muncul kembali Sauti-Sauti baru, dan koreografi tari nusantara kembali diperhitungkan di kancah seni tari dunia.

Festival tari yang digelar tiap tahun ini sendiri diikuti oleh 16 pasang 32 penari yang berasal dari beberapa kabupaten dari Sumatera Utara, di antaranya dari Deli Serdang, Batubara, Jakarta, Pontianak, Tanjungpinang, dan Kepri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya