Heli Jatuh di Yogya, Anggota Komisi I DPR Soroti soal Alutsista

Pasca-jatuhnya helikopter TNI AD di Sleman, anggota DPR mendesak pemerintah menguji kelayakan secara menyeluruh terhadap alutsista.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 10 Jul 2016, 12:11 WIB
Petugas berjaga di sekitar lokasi helikopter jatuh yang sudah di tutup terpal di Dusun Kowang, Sleman (8/7). Heli jatuh setelah melakukan penerbangan dari Solo menuju Yogyakarta. (Liputan6.com/Boy Harjanto)

Liputan6.com, Jakarta - Jatuhnya helikopter Bell 205 A1 milik TNI AD di Dusun Kowang, Desa Tamanmartani, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Jumat sore 8 Juli lalu, mendapat sorotan anggota Komisi I DPR Charles Honoris. Ia mendesak pemerintah melakukan uji kelayakan secara menyeluruh terhadap alat utama sistem persenjataan (alutsista).

"Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pertahanan dan TNI harus terus menguji kelayakan alat utama sistem persenjataan, khususnya alat pertahanan udara pesawat dan helikopter," kata Charles di Jakarta, Sabtu, 9 Juli 2016.

Jika diperlukan, menurut politikus PDIP itu, segera diadakan evaluasi terhadap seluruh armada tempur. Terutama untuk mengetahui sejauh mana kelayakan alutsista.

Menurut Charles, pemeriksaan secara menyeluruh agar tidak terjadi lagi kecelakaan pesawat atau helikopter milik TNI. Bila terus terulang, hal ini akan menjadi preseden buruk bagi pertahanan Indonesia di mata dunia internasional.

"Saya berharap ke depannya insiden seperti ini tidak terjadi lagi. Jangan sampai ada korban jiwa lagi gara-gara alutsista. Sekali lagi ini sangat disayangkan," tutur anggota Komisi I DPR tersebut.

Ia menambahkan, pemerintah perlu memperketat pengamanan dan pemeliharaan alutsista, supaya potensi kecelakaan dapat diminimalkan.

"Anggaran pertahanan sudah dinaikkan dengan maksud agar ada perbaikan keseluruhan dari sisi SDM maupun alutsistanya. Sehingga pertahanan kita juga dapat semakin profesional dan berfungsi sebagaimana mestinya," Charles menandaskan.

Sementara itu Kadispenad Brigjen TNI Mohamad Sabrar Fadhilah mengatakan, helikopter yang jatuh di Sleman tersebut buatan 1976 atau telah berusia 40 tahun. Heli jatuh menimpa dua rumah milik warga setempat, yakni Heru dan Parno. Kedua rumah itu dalam keadaan kosong saat insiden terjadi.

Akibat helikopter jatuh, tiga orang meninggal dunia, yakni Letda Cpn Angga Juang, Serda Yogi Riski Sirait, dan Fransiska Agustin. Sementara, tiga lainnya luka berat, yaitu Kapten Cpn Titus Sinaga, Serka Rohmat, dan Kopda Sukoco.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya