Rodrigo Duterte Resmi Menjabat sebagai Presiden Filipina

Duterte bertujuan menghilangkan penderitaan panjang yang dialami rakyatnya, akibat tingginya tingkat korupsi dan kejahatan.

oleh Nurul Basmalah diperbarui 30 Jun 2016, 13:24 WIB
Duterte bertujuan menghilangkan penderitaan panjang yang dialami rakyatnya, akibat tingginya tingkat korupsi dan kejahatan (BBC).

Liputan6.com, Manila - Rodrigo Duterte mulai hari ini menduduki jabatannya secara resmi. Ia menduduki tampuk tertinggi sebagai presiden ke-16 Filipina pada Kamis (30/6/2016).

Duterte (71) memenangkan pemilu presiden pada bulan Mei, dengan total 16 juta suara atau sekitar 38%. Hasil ini membuat dia unggul tak tergoyahkan dan "memaksa" tiga lawannya mundur satu per satu.

Menjanjikan adanya "perubahan pada masa depan", Duterte dijuluki sebagai The Punisher karena ucapan kerasnya dalam kampanye, menyatakan akan "membunuh" kriminal dan pengedar narkoba. Jargon kampanyenya itu membuat masyarakat yang lelah dengan kasus korupsi dan kriminal tingkat tinggi memilihnya.

Seperti dikutip dari CNN, Kamis (30/6/2016), Duterte mengklaim ia memiliki tujuan menghilangkan penderitaan panjang yang dialami rakyatnya, akibat tingginya tingkat korupsi dan kejahatan.

Presiden Duterte, yang pernah menyebutkan dia membenci formalitas, telah terbang ke Manila dari basisnya di selatan, untuk melakukan upacara pelantikan. Saat itu, Benigno Aquino III secara formal menyerahkan kursi kekuasaannya.

"Presiden Duterte bukan orang yang terlalu memikirkan pakaiannya, tapi kali ini dia mengukur barong-nya (kemeja formal). Dia sangat bersemangat untuk memulai bekerja setelah pelantikan," kata Martin Andanar, salah satu orang yang terpilih jadi juru bicara presiden baru.

Duterte adalah sosok kontroversial. Jelang pelantikannya, ia mengobarkan perang dengan Gereja Katolik, dengan menyatakan bahwa uskup-uskup di tempat ibadah itu tidak melakukan apapun, selain memperkaya diri sendiri.

Dia juga melancarkan kata-kata tajam ditujukan untuk kalangan pers, secara terang-terangan menuduh mereka berprasangka buruk kepadanya.

Suatu ketika, dalam sebuah pidatonya, mantan Wali Kota Davao itu menuding seorang wartawan "menyindirnya". Gara-garanya, jurnalis itu bertanya mengenai kesehatannya.

Dalam dua minggu terakhir, dia menjauhi pers, bahkan melarang media independen meliput pelantikannya.

Menurut laporan media setempat, wawancara Duterte dengan sebuah media lokal diwarnai kata-kata "tajam dan melengking".

Sejumlah pihak mengkhawatirkan gaya berpolitik Duterte. Dia bahkan berencana untuk mengaktifkan kembali hukuman mati. "Aku akan membuang jasad para kriminal di Manila Bay," kata Duterte.

Kata-katanya ditelan mentah-mentah oleh pihak kepolisian, yang melaporkan setidaknya 40 tersangka pengedar narkoba tewas dalam penggerebekan sejak Duterte terpilih menjadi presiden. Jumlah ini cukup besar dibandingkan dengan 4 bulan sebelumnya yang "hanya" 39 orang.

"Sebelum, selama dan setelah pemilihan presiden, timbul keprihatinan serius bahwa pemerintahannya akan menghasilkan kemunduran serius hak asasi manusia," kata Phelim Kine, wakil direktur organisasi HAM, HRW.

"Sebagai seorang presiden, Duterte mendapatkan amanat untuk menjamin perlindungan hak-hak universal dan kebebasan warga Filipina. Dia harus menjadi simbol supremasi hukum, bukan kekerasan," kata Kine.

Pembangunan Pemerintahan

Susunan kabinet yang dipilih oleh Presiden Duterte mencakup beberapa politikus, termasuk pimpinan sayap kiri dan mantan pejabat dengan catatan yang bagus.

Kapolri pilihannya yang dijuluki "bato" atau "batu", juga merupakan orang yang dikenal dengan pendekatan keras terhadap kriminal.

Duterte menerima pujian karena berhasil melakukan perundingan perdamaian dengan pemberontak komunis, bahkan sebelum ia menjabat sebagai orang nomor satu di Filipina.

Dia juga mengangkat sejumlah orang dengan reputasi baik dalam tim ekonominya. Sebagian besar terdiri atas "teknokrat berpengalaman" yang berkontribusi dalam masa kelam negara itu.

Ada harapan, pemilihan Duterte akan membawa perdamaian dan keseimbangan di wilayah selatan, yang selama bertahun-tahun dikuasai kelompok militan.

Walaupun, presiden terdahulu, Aquino, berhasil mencapai suatu kesepakatan dengan kelompok pemberontak, grup lainnya, Abu Sayyaf, menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Duterte.

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya