Polri Pastikan Pengamanan Demo di Bengkulu Sesuai Prosedur

Tindakan polisi yang tegas membubarkan massa menurut Brifjen Agus Rianto, karena kondisi saat itu sudah tidak kondusif.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 13 Jun 2016, 14:46 WIB
Salah seorang korban demo rusuh di Bengkulu dilarikan ke RSUD M Yunus karena mengalami luka tembak pada bagian perut korban, Sabtu (11/6/2016). (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo Putro)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Bagian Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Polisi Agus Rianto memastikan polisi sudah sesuai prosedur dalam mengamankan demo menolak aktivitas tambang batu bara di Bengkulu.

Tindakan polisi yang tegas membubarkan massa menurut dia, karena kondisi saat itu sudah tidak kondusif. Para pendemo mulai berbuat anarkis.

"Selama mereka melakukan tugas sesuai SOP dan tentunya menjadi tanggung jawab organisasi untuk melindungi. Inilah yang seharusnya kami lakukan dalam tugas," kata Agus di Mabes Polri, Jakarta, Senin (13/6/2016).

Agus menduga, aksi demo yang berujung bentrok itu lantaran ada yang memprovokasi. Hal tersebut juga dilaporkan jajarannya yang mengamankan jalannya demonstrasi.

Bahkan, Agus mengungkapkan, massa di lapangan juga ‎telah mempersenjatai diri dengan senjata tajam. Sehingga saat bentrokan terjadi ada polisi yang terluka saat membubarkan massa.

"Ada yang memprovokasi dari dalam dan kita coba menghalau. Sehingga masyarakat terpancing untuk maju dan menyerang," ujar Agus.

‎Untuk itu,‎ Agus meminta masyarakat tidak menyalahkan kepolisian dengan adanya peristiwa ini. Sebab, kata dia, polisi sudah mengamankan dan menindak tegas warga yang anarkis.

"Jangan sampai dikit-dikit polisi lakukan tindak tegas ke masyarakat, langsung maunya ada sanksinya. Tapi apabila mereka melanggar, tidak sesuai, itu yang akan kami proses. Ada sanksinya," Agus menandaskan.

Bentrok antara warga yang menuntut penutupan operasi tambang bawah tanah dengan aparat kepolisian terjadi pada Sabtu 18 Juni 2016 siang. Warga dari 12 desa di Kecamatan Sindang Merigi dan Kecamatan Sindang Kelingi, Bengkulu Tengah mencoba masuk ke kamp perusahaan yang berada di Desa Lubuk Unen Baru.

Saat anggota polisi berupaya menghadang warga yang bergabung dalam Forum Rejang Gunung Bungkuk memasuki lokasi pertambangan, kericuhan pecah.

Dari catatan warga, delapan orang warga sipil tertembak di mana empat orang atas nama Marta Dinata, Yudi, Alimuan dan Badrin harus dilarikan ke rumah sakit. Seorang korban tertembak di bagian perut atas nama Marta Dinata dan masih dalam kondisi kritis.

Korban jatuh tidak hanya dari pihak warga, seorang anggota polisi juga mengalami luka cukup serius dan masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya