Kala Fahri Hamzah Teringat Pesan Tutty Alawiyah

Fahri menilai sosok Tuttty merupakan wanita yang bersemangat berjuang.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 04 Mei 2016, 19:01 WIB
Fahri Hamzah memberikan keterangan pers terkait pemecetan dirinya (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Tutty Alawiyah mengembuskan napas terakhir setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit MMC, Jakarta. Selama sebulan, Tutty dirawat setelah menderita sakit infeksi usus yang menjalar hingga ke paru-paru.

Ucapan duka pun mengalir, tak terkecuali dari para pimpinan DPR. Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah bahkan melayat ke tempat Tutty. Ia merasa kehilangan dengan kepergian Tutty.

"Kita kehilangan sosok seorang pejuang perempuan yang sangat kita kenal berasal dari keluarga ulama Betawi yang sangat terkenal Bapak Kyai Haji Abdulah Syafei dan mendirikan perguruan As-Syafi'iyah yang sangat terkenal di Jakarta," kata Fahri di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Rabu (4/5/2016).

Ia menuturkan Tutty memiliki murid dan alumni yang sangat banyak. Selain itu, ia juga seorang wanita yang bersemangat berjuang serta meneruskan lembaga yang diwariskan ayahnya.

"Dan seperti kita lihat lembaga itu (perguruan As-Syafi'iyah) terus berkembang hingga kemudian pemerintah pada zaman akhir masa Pak Presiden Soeharto dan Presiden Habibie memilih beliau sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan yang dulu namanya Pemberdayaan Peranan Wanita," papar Fahri.

 

"Nah itu menandakan bahwa cita-cita Ibu Tutty dalam memperjuangkan kaum perempuan khususnya dan pendidikan dalam bangsa kita ini secara umum sehingga patut menjadi teladan dan contoh bagi kita," sambung dia.

Fahri teringat ceramah Tutty yang selalu mengatakan bahwa wanita adalah tiang negara. Apabila perempuan baik, maka baik pula negara itu. Dan begitu sebaliknya.

"Itu adalah salah satu syair sebetulnya yang terkenal di dalam Khazanah Pesantren dan menjadi tema beliau dalam berbagai pembicaraannya," kata Fahri.

Fahri sempat bercerita kalau dirinya pernah bekerja satu tim dengan Tutty. Kala itu, terjadi pada era kabinet Habibie.

"Saya adalah anggota MPR dan beliau menteri. Kami sering berdiskusi malam-malam dengan beberapa menteri kabinet Habibie," ucap Fahri.

Dan setelah kabinet Habibie usai, selama setahun tujuh bulan Tutty memimpin ormas bernama Perhimpunan Masyarakat Madani yang ketua umumnya adalah Adi Sasono dan Tutty sebagai ketua harian. Sedangkan Fahri sebagai Sekjen.

"Jadi kami sering sekali rapat di tempatnya Bu Tutty karena juga rumah saya dekat Ibu Tutty. Saya sempat tinggal di situ sekitar 2 setengah tahun di Jalan Jatiwaringin," kenang Fahri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya