Kolom: Cinta Bersyarat Milan

Balotelli gagal mendapatkan cinta Milan karena tak sanggup memenuhi syarat yang dibutuhkan.

oleh Liputan6 diperbarui 09 Apr 2016, 08:10 WIB
Kolom Bola Angryanto Rachdyatmaka (Liputan6.com/Abdillah)

“Cinta, katanya tanpa syarat. Menerima apa adanya dan tidak menuntut apa-apa. Tapi, faktanya, meski Milan mengaku sangat mencintai Mario Balotelli, ada sederet persyaratan yang harus dipenuhi.”

Liputan6, Jakarta – Hari itu, saya lupa kapan persisnya, saya mendapati ibu saya tergugu sendirian di depan kamar RS Kramat, Jakarta. Mungkin kelelahan menunggu kakak saya yang sedang diopname.

Saya berusaha menghibur dan meminta ibu pulang, istirahat sejenak dari rutinitas yang pasti melelahkan untuk usianya yang sudah semakin senja. Menunggu orang sakit bukan pekerjaan mudah. Apalagi kakak saya yang temperamennya bisa berubah drastis ketika serangan penyakit Lupus menderanya.

Baca Juga

  • Milan Tentukan Nasib Mihajlovic Pada Akhir Musim
  • Tandang ke Markas Milan, Juventus Pincang
  • Latihan Bebas MotoGP Austin: Marquez Tercepat, Rossi di Posisi 7

Mengerang, meronta, menjerit kesakitan. Sering kakak saya terlihat menjadi orang lain yang membenci semuanya. Ibu saya yang setia mendampingi sering menjadi korban pelampiasan. Dimarahi, ditolak bantuan dan pertolongannya, bahkan diusir keluar saat kakak saya memilih sendirian.

Serba salah.

Saya, yang bermaksud menenangkan, ikut tergugu mendengar jawaban ibu. “Tidak apa-apa. Ibu akan di sini terus sampai Tyka sembuh. Tyka itu anakku. Diusir pun ibu tidak sakit hati. Tyka pasti lebih sakit menanggung semua beban hidupnya ini. Kalau bukan ibu, siapa lagi yang mau menemaninya?”

Jleb!

Pelajaran nyata tentang cinta tulus seorang ibu kepada anaknya yang tanpa batas. Tetap ada dan membara, meski kadang dibalas tak semestinya oleh anak-anaknya.

Dicintai tanpa syarat adalah dambaan semua orang. Termasuk Mario Balotelli yang, sayangnya, harus menghadapi realita pahit bahwa tak mudah mendapatkannya di dunia nyata. AC Milan, klub yang dicintainya sejak kecil, memberi syarat berat jika dia ingin bertahan di San Siro.

Mario Balotelli kembali ke Milan setelah gagal di Liverpool. (AFP)

“Kami sangat mencintai Balotelli,” tegas CEO Milan, Adriano Galliani. “Tapi dia harus meyakinkan kami jika ingin mendapatkan kontrak permanen. Balotelli sudah berusaha maksimal memberikan kontribusinya, tapi saat ini dia belum layak mendapatkan kontrak seperti yang diinginkannya.”

Awal musim lalu, pemain Bengal ini memutuskan kembali ke San Siro usai menjalani setahun penuh kegagalan di Liverpool. Super Mario, julukannya, berharap bisa mengulang kisah manis tahun 2013-2014 saat mencetak 30 gol dalam 54 partai sebelum dijual Milan ke Liverpool senilai 16 juta pounds.

2 dari 2 halaman

Tinggalkan Masa Lalu

Dengan status pinjaman, dan opsi kontrak permanen musim depan, Balotelli berjanji akan meninggalkan masa lalunya yang kelam. “Saya belajar banyak dari kesalahan saya. Saya akan memberikan segalanya pada Milan. I used to be a boy named Mario, but now I’m Mario the man.”    


“Kalau kita ingin dicintai tanpa syarat, mulailah mencintai tanpa syarat.”

Syarat berat Sinisa Mihajlovic, pelatih Milan yang dulu pernah bersama di Inter Milan, diterima Balotelli dengan tangan terbuka. Tidak boleh datang terlambat latihan, menjaga temperamen saat bertanding, dilarang mengubah gaya rambut secara mencolok, dan mengurangi posting di media sosial.

Sempat mencetak gol ke gawang Udinese di awal musim ini, Balotelli harus menepi panjang karena cedera sport hernia. Setelah pulih Januari lalu, dia juga gagal melakukan come back. Bukan hanya 3 gol yang sanggup dicetak dari 17 kali penampilan, perannya di Rossoneri pun tak lagi vital.

Gol Mario Balotelli ke gawang Udinese di awal musim, tak mampu membantunya untuk bisa diterima kembali di Milan. (AFP/Olivier Morin)

Tak ada lagi tempat buat Super Mario di San Siro. Dia gagal mendapatkan cinta Milan karena tak sanggup memenuhi syarat yang dibutuhkan untuk mendapat balasan cinta dari Rossoneri. Sialnya, industri sepakbola bukan lingkungan yang ideal untuk menerapkan prinsip cinta tak bersyarat.

Sejujurnya saya tidak tahu apakah cinta tanpa syarat realistis diterapkan dalam seluruh sendi kehidupan kita. Yang saya tahu, kita benar-benar merindukan model cinta  tanpa syarat ibu saya kepada kakak saya. Cinta yang bukannya merasa lega, tetapi justru didera perasaan bersalah akut ketika Tyka akhirnya dipanggil Tuhan beberapa tahun lalu. Penyesalan yang masih berbekas sampai hari ini…

Mungkin kita semakin sulit mendapatkan cinta tanpa syarat dalam keseharian kita. Tetapi bisa kita mulai dengan memberikannya kepada orang-orang di sekitar kita: orangtua, pasangan, anak, sahabat…   

Cinta tanpa syarat itu ada… kita hanya perlu lebih peka mendengar suara hati kita masing-masing… saat dihadapkan pada pilihan untuk menetapkan syarat kita atau justru melepasnya untuk dicintai dan mencintai…

| @angrydebritto | Jakarta, 8 April 2016 | I Love You, Tyka |

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya