Teror Jakarta dan Dilema Kapolda Metro Jaya

Kapolda Irjen Pol Tito Karnavian mengaku telah memerintahkan anggotanya untuk selalu memeriksa keamanan markasnya.

oleh Audrey Santoso diperbarui 05 Feb 2016, 15:59 WIB
Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian dan Mensos Khofifah Indar Parawansa (ki-ka) saat membesuk korban bom Thamrin di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, (19/1). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Beredarnya video-video ancaman kelompok teroris dan penyerangan pos polisi di Jalan MH Thamrin 14 Januari 2016 lalu menguatkan indikasi jika Korps Bhayangkara adalah target operasi para kelompok radikal.

Menanggapi kemungkinan adanya potensi serangan ke Polda Metro Jaya, Kapolda Irjen Pol Tito Karnavian mengaku telah memerintahkan anggotanya untuk selalu memeriksa keamanan markasnya.

"(Pencegahan teroris di Polda) Kita perkuat dan (saya) sampaikan evaluasi, saya minta (orang-orang dan kantor-kantor) diperiksa dan lain-lain," kata Tito usai menyaksikan simulasi penanganan teror bom di Mapolda Metro Jaya, Jumat (5/2/2016).

Namun tak bisa dipungkiri, ratusan bahkan mungkin ribuan orang di luar Korps Bhayangkara berdatangan setiap harinya ke Mapolda Metro Jaya dengan banyak keperluan.

Selain markas pasukan berseragam cokelat, Mapolda juga menjadi kantor pelayanan masyarakat, misalnya untuk mengurus surat-surat kendaraan, Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), atau surat berkelakuan baik.

Karena itu Kapolda Tito dilema. "Saya dilematis. Di satu sisi (Mapolda Metro Jaya) ini menjadi kantor pelayanan publik seperti BKPB (Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor), SKCK, STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan)," ungkap Tito.

Saat ini, tambah Tito, dirinya beserta jajaran sedang menggodok pola pengamanan Mapolda Metro Jaya agar dapat maksimal dalam hal pencegahan penyusup atau teroris. "Saya sedang meminta, mengkaji, rapat bersama supaya betul-betul bisa diperbaiki (pola pengamanannya)."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya