Hermanus Tananar, Pahlawan dari Papua yang Tak Henti Berjuang

Dalam proses belajar mengajar, Hermanus selalu mengawali aktifitasnya sejak pukul 09.00 hingga pukul 13.00 WIT.

oleh Katharina Janur diperbarui 10 Nov 2015, 15:32 WIB
Hermanus mengajar murid SD (Katharina Janur/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jayapura - Hermanus Tananar (49 tahun) setiap harinya mengajar murid kelas 1 hingga kelas 6 di SD YPK Ansudu, Kampung Ansudu, Distrik Pantai Timur, Kabupaten Sarmi, Papua. Ia harus 'memborong' semua kelas karena dari 8 guru yang mengajar di sekolah itu, hanya 3 orang yang aktif dan ketiga guru itu berstatus guru honor.

Dalam proses belajar mengajar, Hermanus selalu mengawali aktifitasnya sejak pukul 09.00 hingga pukul 13.00 WIT.

Meskipun Hermanus divonis menderita penyakit komplikasi yakni, kaki gajah (filariasis) dan hernia sejak 1998, semangat untuk menularkan ilmu kepada 60-an murid Sekolah Dasar itu tak pernah menyusut.  

Hermanus pun mengaku pernah mendapatkan perawatan untuk pengangkatan hernia pada 2011 lalu di RSUD Dok II Jayapura. Sayangnya perawatan itu tak tuntas. Akibatnya penyakit hernia yang dideritanya sudah sebesar 15 kilogram. 

"Jika sakit ini kambuh, saya sering sakit kepala. Sakitnya, sakit sekali, tak tertahankan," jelas Hermanus.

Ayah 3 anak ini pun mengaku sejak 2003 sudah menjadi guru honorer, tepatnya saat kepemimpinan Bupati Sarmi, Eduard Fonataba yang menerbitkan keputusan bahwa anak putra asli daerah berpendidikan SMA atau sederajat dapat menjadi guru.

Dia mengaku honor per bulan yang didapat dari mengajar sebesar Rp 1,8 juta. "Penyakit yang saya derita membutuhkan biaya banyak untuk kesembuhannya. Saya pernah berobat di Puskesmas Sarmi, tetapi karena kesulitan biaya pengobatan, maka saat ini saya hentikan," ujar dia.

Putri Doli Waren, salah satu murid kelas 5 di sekolah tersebut merasa bangga memiliki guru seperti Hermanus. Sebab, Hermanus dikenal tak pernah berhenti berjuang untuk mendidik anak-anak di sekolah itu. Menurut Doli, Hermanus juga sosok pahlawan untuk dirinya dan anak-anak di sekolahnya.

"Walaupun bapak sakit, kami tetap menunggu beliau untuk segera sembuh. Kalau sakit yang diderita bapak kambuh, kami terpaksa berhenti belajar sebentar dan melanjutkannya lagi disaat sakit kepala pak guru hilang. Kitorang (kami) pun senang dengan Pak Guru Hermanus, sebab dia menguasai semua mata pelajaran dan pak guru sosok yang ramah kepada siapa saja," tutur Putri. (Ron/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya