Penjual Makanan Siap Saji di Mekah Terbatas, Jemaah Haji Memasak

Menurut Lukman, kebakaran di kamar hotel jemaah haji Indonesia baru-baru ini akan menjadi evaluasi penyelenggaraan haji.

oleh Wawan Isab Rubiyanto diperbarui 20 Sep 2015, 00:32 WIB
Tanpa aba-aba, para jemaah lalu menghambur ke arah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin kala dia tiba di sana.

Liputan6.com, Mekah - Menjelang puncak haji, banyak jemaah haji Indonesia yang mengeluhkan sulitnya mencari makanan siap saji di Mekah, Arab Saudi. Padahal, di sekitar Masjidil Haram selalu dibanjiri pedagang kaki lima yang menjual makanan siap saji setiap musim haji.

Tahun 2015, para pedagang kaki lima yang biasa berjualan di dekat pemondokan jemaah haji nyaris tidak ada. Sehingga jemaah memilih masak sendiri, atau mencari restoran yang jumlahnya relatif terbatas.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memaklumi banyaknya jemaah haji Indonesia yang memilih masak di pemondokan, karena sulitnya mendapatkan makanan siap saji.

"Mekah saat ini berbeda dengan tahun lalu. Untuk mendapatkan makanan sekarang tidak semudah seperti tahun lalu," tutur Lukman usai meninjau lokasi kamar hotel yang terbakar di Lantai 8 Hotel Sakab Al Barakah, Mekah, Arab Saudi, Kamis (17/9/2015).

"Kalau dulu bisa leluasa bisa mendapatkan orang jual makanan, bahkan orang bisa mendapatkan di gelaran kaki lima. Sekarang itu sudah sulit kita temui, bahkan nyaris tidak ada," sambung dia.

Lukman mengatakan, sulitnya mencari penjual makanan siap saji di kaki lima, akibat adanya kebijakan baru pemerintah Arab Saudi yang ketat menyeleksi dan mengawasi para penjual makanan tidak berizin. Akibatnya, restoran di Mekah tidak mampu menampung jemaah yang ingin mendapatkan makanan siap saji.

Menurut Lukman, kebakaran di kamar hotel jemaah haji Indonesia baru-baru ini akan menjadi evaluasi penyelenggaraan haji tahun berikutnya. Kebijakan pemberian makan sekali sehari selama jemaah berada di Mekah, bisa dikaji kembali supaya jemaah dapat jatah makan 2 atau 3 kali sehari.

"Tahun yang akan datang tentu harus dipikirkan penambahan pemberian makan, khususnya selama di Mekah. Setiap jemaah bisa ditingkatkan, kalau tidak 3 kali ya 2 kali seperti di Madinah. Ini bagian yang kita pikirkan ke depan mengantisipasi supaya kemudian jemaah tidak masak sendiri-sendiri di hotel-hotel yang sesungguhnya dilarang untuk memasak," pungkas Lukman.

Sementara pantauan Liputan6.com di Mekah, di depan pemondokan atau trotoar jalan saat ini bersih dari pedagang kaki lima. Sehingga banyak jemaah haji Indonesia membeli bahan sayuran dan makanan, untuk dimasak di kamar hotel.

Bahkan, para jemaah haji Indonesia banyak yang sengaja membeli rice cooker untuk menanak nasi di pemondokan. Karena dianggap lebih murah dan bisa tetap merasakan makanan sesuai selera lidah mereka. (Rmn/Nda)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya