Penguatan Indeks Saham Jepang Angkat Bursa Asia

Fokus pelaku pasar tertuju pada hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 16-17 September 2015.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Sep 2015, 08:30 WIB
Sejumlah orang tercermin dalam papan yang menampilkan indeks saham di Tokyo, Jepang, Jumat, (10/7/ 2015). Harga saham Nikkei mengalami perubahan mengikuti gejolak pasar Tiongkok. (REUTERS/Thomas Peter)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia dan dolar Amerika Serikat (AS) kompak bergerak menguat pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Namun pelaku pasar juga cenderung hati-hati menyikapi bursa saham AS tergelincir seiring investor mengantisipasi keputusan kebijakan bank sentral AS pada pekan ini.

Indeks saham MSCI Asia Pacifik di luar Jepang naik 0,1 persen. Penguatan indeks saham acuan regional itu didorong oleh indeks saham Jepang Nikkei yang menguat 0,6 persen karena investor menunggu hasil dari pertemuan bank sentral Jepang.

Sejumlah investor bertaruh kalau bank sentral Jepang akan mengerahkan tambahan pelonggaran kebijakan moneter. Akan tetapi, sebagian besar mayoritas pelaku pasar percaya kalau bank sentral Jepang hanya akan memperingatkan soal risiko global. Hal itu mengingat kenaikan suku bunga AS yang lama-lama ditunggu dapat memicu gelombang baru gejolak pasar.

"Tampaknya logis kalau bank sentral Jepang juga akan melihat perkembangan dari hasil pertemuan bank sentral AS, dan bagaimana reaksi pasar terhadap hasil termuan itu," tutur Chris Weston, Kepala Riset IG, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (15/9/2015).

Ia menambahkan, hasil pertemuan bank sentral Jepang pada hari ini akan menjadi pengaturan untuk langkah-langkah tambahan bila memang dibutuhkan.Yen Jepang turun tipis ke level 120,35 per dolar AS menjelang hasil pertemuan bank sentral Jepang.

Sedangkan Euro melemah 0,1 persen terhadap dolar AS.Selain itu, pertemuan dua hari bank sentral AS pada 16-17 September 2015 tetap menjadi foks utama pelaku pasar. Ekonom sekarang percaya kalau pasar saham global stabil dan semakin banyak bukti kalau ekonomi China melambat akan mencegah bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga pertama kalinya sejak 2006. (Ahm/Zul)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya