Meneropong Tradisi Menangkap Paus dari Langit Lamalera

Lamalera sejak lama mengenal tradisi berburu paus yang dipimpin oleh seorang juru tikam (Lamafa).

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 07 Agu 2015, 07:32 WIB
Tradisi menangkap ikan paus pada masyaralat Lamalera.

Liputan6.com, Jakarta Lamalera merupakan suatu desa yang berada di Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur, yang dikenal sebagai desa para pemburu paus. Kebiasaan memburu paus di desa ini sudah ada sejak abad ke-17. Paus atau dalam bahasa setempat dikenal dengan Baleo dapat muncul kapan saja sepanjang tahun, namun tidak semua Paus menjadi buruan masyarakat Lamalera.

Tak semua paus bisa diburu. Paus biru atau yang bernama latin Balaenoptera Musculus misalnya. Paus jenis ini tidak boleh diburu, selain demi menjaga kelestarian mamalia laut yang langka, cerita legenda Lamalera menghormati paus biru sebagai hewan yang pernah menyelamatkan Lembata.

Dalam tradisi menangkap paus, masyaralat Lamalera masih menggunakan cara tradisional, yaitu dengan menggunakan perahu yang dikenal dengan nama Peledang. Peledang tidak dijalankan menggunakan mesin, melainkan oleh sekawanan matros atau pendayung. Dalam satu Peledang terdapat 4-6 matros yang dipimpin oleh seorang Lamafa atau juru tikam.

Masyarakat Lamalera mengenal musim menangkap ikan yang dikenal dengan nama Lewa. Lewa tiap tahun dilaksanakan pada bulan Mei. Pada musim Lewa, masyarakat Lamalera tidak hanya menangkap paus, tetapi juga pari dan lumba-lumba. Meski demikian, penangkapan ikan pada saat Lewa tidak dilakukan dalam skala besar, dan dagingnya hanya dikonsumsi sendiri atau dibarter dengan bahan pangan.

Lamalera memiliki pasar barter yang dibuka seminggu sekali. Di pasar ini, warga desa Lamalera bisa menukar gading ikan yang dimilikinya dengan bahan pangan lain. Sepotong daging ikan paus misalnya, bisa ditukar dengan 15 tongkol jagung atau setandan pisang.

Simak video drone Lamalera di program Liputan6.com di Langit Indonesia, Jumat (7/8/2015). (Ibo)

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya