Liputan6.com, New York - Penguatan Dolar Amerika Serikat (AS) dan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federeal Reserve (The Fed) menjadi sentimen yang mendorong penurunan harga emas pada perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Para investor berbondong-bondng lari atau menjual kepemilikan emas mereka.
Mengutip Wall Street Journal, Kamis (23/7/2015), harga emas untuk pengiriman Agustus, merupakan kontrak paling aktif diperdagangkan, ditutup turun 1,1 persen menjadi US$ 1.091,50 per ounce di Divisi Comex New York Mercantile Exchange. Harga logam mulia tersebut berada di level terendah dalam lima tahun teakhir, setelah sebelumnya sempat mencapai level terendah pada 1996.
Investor berbondong-bondong menjual kepemilikan emas mereka untuk mengantisipasi kebijakan yang akan dilakukan oleh The Fed. Para analis dan pelaku pasar memperkirakan bahwa Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir.
Beberapa analis yakin bahwa kenaikan suku bunga tersebut akan dilakukan pada September 2015 ini atau kurang lebih dalam satu bulan ke depan, setelah rencana sebelumnya yaitu menaikkan pada Juni 2015 tidak dilakukan.
Pada pekan lalu, Gubernur The Fed Janet Yellen kembali menegaskan di hadapan anggota kongres bahwa Bank Sentral AS akan segera mengambil kebijakan kenaikan suku bunga karena memang data-data ekonomi yang ada cukup mendukung. The Fed hanya perlu keyakinan sedikit lagi untuk melakukan eksekusi kebijakan tersebut.
Dengan adanya kenaikan suku bunga, logam mulia menjadi tidak menarik lagi karena tidak memberikan bunga dan juga dividen. Berbeda, jika investor menaruh dana mereka ke instrumen keuangan akan mendapat dua keuntungan tersebut.
Pada saat yang sama, nilai tukar dolar AS juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Kenaikan nilai tukar dolar AS tersebut juga memberikan tekanan kepada harga emas bagi mereka atau investor yang bertransaksi menggunakan mata uang lainnya.
Dalam Indeks Dolar AS yang dibuat oleh Wall Street Journal yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap 16 mata uang lainnya memperlihatkan kenaikan 0,3 persen menjadi 88,45.
"Emas menjadi komoditas yang sangat berbahaya dimana penurunan yang terjadi sangat tajam," jelas Kepala Analis TD Securities, Bart Melek. Ada kemungkinan ke depannya harga emas akan menyentuh di bawah level US$ 1.000 per ounce. (Gdn/Ndw)
Aksi Jual Dorong Harga Emas Dekati Level US$ 1.000
Harga emas untuk pengiriman Agustus, merupakan kontrak paling aktif diperdagangkan, ditutup turun 1,1 persen menjadi US$ 1.091,50 per ounce.
diperbarui 23 Jul 2015, 06:06 WIBIlustrasi Emas (Liputan6.com/Johan Fatzry)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Starlink Dapat Izin Beroperasi di Indonesia, Berapa Biaya Langganannya?
Lebih dari 100 Gerai KFC di Malaysia Ditutup Sementara Imbas Gerakan Boikot Produk Terafiliasi Israel
Laba XL Axiata Melambung 168% Sepanjang Kuartal I 2024
Top 3 Islami: Gempa Garut dan Hadis Lindu sebagai Tanda Kiamat dalam Hadis
Top 3: Penjelasan Bea Cukai soal Beli Sepatu Kena Bea Masuk
Cuaca Hari Ini Selasa 30 April 2024: Langit Cerah Berawan Payungi Pagi Jabodetabek
Dukung Industri Nikel di Indonesia, Mitsubishi Fuso Bangun Part Depo ke-19 di Morowali
Calon Perseorangan Wajib Kantongi 2 Juta KTP Dukungan untuk Maju di Pilkada Jatim 2024
Timnas Indonesia Hadapi Irak pada Perebutan Tempat Ketiga Piala Asia U-23 2024
Mau Investasi Kripto Jadi Maksimal? Ini Cara Jitunya
30 April 2019: Kaisar Akihito Turun Takhta, Pertama dalam 200 Tahun Sejarah Jepang
Menikmati Liburan Santai di Ranca Upas, Memiliki Pesona Alam Indah dan Udara yang Sejuk