Kasus Angeline Terlalu Dipolitisasi?

Pemerhati perempuan dan anak Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan kasus Angeline terlalu dipolitisasi

oleh Liputan6 diperbarui 08 Jul 2015, 13:00 WIB
Angeline, bocah berusia 8 tahun yang pada Bulan Mei lalu dilaporkan hilang dan ditemukan tiga minggu kemudian dengan keadaan tak bernyawa.

Liputan6.com, Jakarta Pemerhati perempuan dan anak Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan kasus Angeline terlalu dipolitisasi dan banyak ingin mencari tenar melalui kasus tersebut.

"Sebagai pemerhati saya prihatin dengan kasus Angeline karena terlalu dipolitisir dan ada pihak-pihak yang ingin mendapatkan keuntungan dari masalah anak tersebut," ujar Giwo di Jakarta, seperti dikutip Antara, Rabu (8/7/2015).

Di negara lain, sambung Giwo, pelaku kekerasan yang sampai menghilangkan nyawa anak tersebut terancam hukuman mati. Akan tetapi yang terjadi sebaliknya pada kasus Angeline masih terjadi tarik ulur.

Polisi telah menetapkan ibu angkat Angeline, M, sebagai tersangka. Sebelumnya polisi menetapkan, AG, sebagai tersangka pembunuhan.

Sedangkan ibu angkat Angeline ditetapkan tersangka penelantaran anak. Polisi sebelumnya mengaku memiliki empat alat bukti untuk menjerat M.

Akan tetapi ibu angkat Angeline, M, menolak diperiksa sebagai tersangka. Malah belakangan, tim pengacara M, Hotma Sitompoel mengajukan gugatan praperadilan di Pengadilan Negeri Denpasar.

"Ini ada kasus kekerasan pada anak, korbannya meninggal, seharusnya jangan dipolitisir. Kekerasan pada anak memiliki kekuatan hukum yang kuat," tambah dia.

Selain itu, kasus tersebut juga merambah ke berbagai persoalan seperti proses adopsi yang hanya dilakukan di depan akta notaris.

"Saya melihat masyarakat mulai jenuh melihat perkembangan kasus ini. Seharusnya kita harus fokus pada kasus kekerasan pada anak, jangan sampai meluas," jelas dia.

Dia mengharapkan kasus tersebut jangan diperluas, polisi harus mampu menyelesaikan kasus tersebut dengan tuntas, karena masih banyak kasus kekerasan pada anak yang harus diselesaikan.

"Kasus Angeline mengajarkan kita banyak hal. Terutama mengenai peran guru dalam perlindungan anak. Jika ada murid yang ke sekolah kumal, tidak terurus maka guru harus memberi perhatian lebih, bahkan kalau perlu harus mendatangi orang tuanya," imbuh dia.

Angeline merupakan anak dari pasangan Rosidi dan Hamida, yang kemudian diadopsi oleh M dan suaminya yang berkebangsaan Amerika Serikat. Ia diadopsi sejak berumur tiga hari karena alasan ekonomi sampai kemudian tumbuh menjadi anak yang cantik dan hidup layak.

Kehidupan Angeline berubah sepeninggal ayah angkatnya. Angeline kerap disiksa dan tak diurus. Pada pertengahan Mei 2015, Angeline dikabarkan hilang. Tiga pekan setelah berita kehilangannya, polisi menemukan Angeline dikubur di dekat kandang ayam dengan leher terlilit tali plastik dan selimut yang membungkus tubuhnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya