Tak Cuma Reshuffle, Jokowi Juga Diminta Ganti Nama Kabinet Kerja

Siti mengatakan, nama Kabinet Kerja tidak menjadikan para menteri Jokowi benar-benar bekerja.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 06 Jul 2015, 08:14 WIB
Presiden Jokowi meraba bodi sebuah helikopter di Pameran Alutsista TNI AD, Jakarta, Rabu (17/12/2014). (LIputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, berharap agar Presiden Jokowi tidak terlalu memaksakan untuk mempertahankan struktur kabinetnya yang sekarang.

Dia menilai, belum ada hal yang siginifikan dilakukan oleh para menterinya sejak Kabinet Kerja Jokowi dilantik.

"Kalau kita cinta Indonesia, kita harus katakan bahwa Pak Jokowi harus memperbaiki kabinetnya. Karena itu Pak Jokowi harus melakukan reshuffle, jangan memaksakan Kabinet Kerja selama lima tahun ke depan," kata Zuhro, dalam diskusi bertajuk "Siapa Kena Reshuffle?" di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (5/7/2015).

Selain itu, Siti Zuhro juga meminta partai pengusung Jokowi, PDIP, untuk mendukung secara penuh program Nawa Cita.

"Khususnya PDIP, untuk menata, siapa the best kader yang pantas ditempatkan (menjadi menteri), supaya Nawa Citanya tidak kabur," ujar dia.

Ganti Nama Kabinet

Selain itu, Siti Zuhro mengusulkan agar nama Kabinet Kerja dalam pemerintahan Presiden Jokowi diganti. Sebab, menurut dia, nama tersebut membuat beban kepada kabinet sangat berat.

"Menurut saya kabinet diubah menjadi Kabinet Nawa Cita, sehingga mau tidak mau, Nawa Cita harus dijalankan. Karena Kabinet Kerja, seperti pekerja, dan tidak bermakna," kata dia.

Siti mengatakan, nama Kabinet Kerja tidak menjadikan para menteri tersebut benar-benar bekerja. Dia menyebut penggunaan nama Kabinet Kerja hanya sebuah kosakata yang tidak berarti.

"Jika Presiden menggunakan nama Kabinet Nawa Cita ada filofosinya dan rujukannya ke Trisakti, sedangkan kerja ya biasa saja, cuma kosakata" ujar dia.

"Kalau kita cinta Indonesia, apapun yang terjadi, Pak Jokowi harus mengubah kabinetnya, tidak bisa dipaksakan sepenuhnya," tandas Ziti Zuhro. (Ndy)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya