Harga Emas Bakal Naik Lagi Pekan Ini

Harga emas diprediksi masih akan tetap naik pekan ini sekalipun nilai tukar dolar AS menguat.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 01 Jun 2015, 07:40 WIB
Ilustrasi Harga Emas (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, New York - Harga emas untuk pengiriman Juni tercatat naik US$ 1,3 menjadi US$ 1.189,4 per ounce akhir pekan lalu. Melanjutkan penguatan tersebut, harga emas diprediksi masih akan tetap naik pekan ini sekalipun nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat.

Melansir laman Internasional Business Times, Senin (1/6/2015), dari 20 responden Kitco News Survey, sebanyak 13 analis yakin harga emas akan naik. Tiga diantaranya menilai harga emas akan melemah, sementara empat lain melihat harga emas akan bergerak stagnan.

Para pakar dalam survei tersebut termasuk pedagang, analis grafik pergerakan harga emas, bankir investasi dan para pengamat.

Pekan ini pasar keuangan dan emas akan dibanjiri sejumlah data ekonomi. Para analis akan mengamati harga emas setelah keputusan suku bunga Bank Sentral Eropa diumumkan pada 3 Juni, setelah keputusan suku bunga Bank Sentral Inggris pada 4 Juni dan rilis data tenaga kerja AS pada 5 Juni.
 
Para pengamat pasar juga akan menelusuri berbagai perkembangan ekonomi China, produsen dan konsumen emas terbesar di dunia. Penguatan ekuitas di China baru-baru ini telah menghambat permintaan emas di negara tersebut.

Editor Morrison on Markets, Ken Morrison, Pimpiman Heritage West Financial Ralph Preston, dan Colin Cieszynski dari CMC Markets, mengatakan, harga emas akan tetap bergerak naik dalam jangka pendek.

"Harga emas tampak tak akan turun lagi ke US$ 1.170 per ounce dalam jangka pendek," kata Perston.

Sementara Vice President RBC Wealth Management George Gero, juga sepakat harga emas akan naik pekan ini mengingat isu suku bunga telah membuat harganya melompat akhir pekan lalu.

Menurutnya, peningkatan pendapatan pada rilis data tenaga kerja AS akan membuat harga emas bergerak positif karena dianggap dapat memicu inflasi

"Harga emas sudah stabil dan berada di antara US$ 1.170 dan US$ 1.230 per ounce dan akan kembali menguat jika data tenaga kerja AS melemah," tandasnya. (Sis/Ndw)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya