Mensos: Prostitusi Online Cenderung Jadi Lifestyle Remaja

Menurut Mensos, maraknya prostitusi online khususnya di kalangan remaja saat ini bukan lagi didasari atas kepentingan ekonomi.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 19 Apr 2015, 14:47 WIB
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyerahkan Paket bantuan Rp 90 juta bagi pengembangan layanan rehabilitasi lembaga AKSI NTB, korban penyalahgunaan narkoba di Pusat Edukasi dan Rehabilitasi Narkoba, Lombok, NTB, Rabu (25/3/2015).

Liputan6.com, Padang - Kasus kematian Deudeuh Alfi Sahrin membuka mata seluruh kalangan tentang maraknya prostitusi via internet atau online. Sebab, wanita yang akrab disapa Tataa alias Mpi itu menjajakan dirinya sebagai pemuas nafsu lewat dunia maya.

Apalagi menurut Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, maraknya prostitusi online khususnya di kalangan remaja saat ini bukan lagi didasari atas kepentingan ekonomi, melainkan sudah menjadi gaya hidup.

"Karena belum tentu mereka melakukan itu lantaran terjerat utang atau kemiskinan. Belum tentu. Ada kecenderungan, terutama di kalangan teenagers (remaja) itu lifestyle," kata Khofifah usai menghadiri Konferensi Nasional Kesejahteraan Sosial di Hotel Grand Inna Muara, Padang, Sumatera Barat, Minggu (19/4/2015).

Guna mengurangi hal itu, sambung Khofifah, perlu ada pembangunan karakter ke arah yang positif terhadap para remaja. "Ini ada kaitan dengan revolusi karakter, restorasi sosial. Antara keduanya ini harus nyambung. Maka ada persoalan karakter yang harus dibangun," ucap dia.

Rencananya dalam waktu dekat, pihak Kementerian Sosial akan melakukan rapat dengan Koordinator Satgas Pornografi Kementerian Agama untuk membahas maraknya prostitusi online.

"Minggu depan akan rapat di Kementerian Agama. Saya pun juga sudah menyampaikan ke Kementerian Pendidikan," imbuh dia.

Khofifah juga menekankan pentingnya diadakan mata pelajaran tentang kesehatan reproduksi di tiap sekolah. Hal itu guna memberikan pemahaman kepada siswa khususnya remaja akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi.

"Bisa dalam 1 minggu itu ada satu jam pelajaran yang bisa diisi dengan pelajaran tentang kesehatan reproduksi. Kalau ada materi itu maka sang guru bisa menyampaikan banyak ilustrasi, karena kalau kita misalnya kita menyebut sex education kesannya vulgar, tapi kalau kesehatan reproduksi insya Allah bisa lebih soft dan banyak hal yang bisa disampaikan kepada para murid," tutur Khofifah. (Ado/Mut)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya