Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan harga minyak dunia sejak tahun lalu membuat negara-negara penghasil minyak dan gas bumi (migas) terpuruk. Kondisi ini diperparah dengan situasi politik dan keamanan negara produsen migas yang memburuk sehingga menimbulkan ketidakpastian ekonomi.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, Indonesia dan beberapa negara lain penghasil migas tengah mengalami masa-masa sulit akibat jatuhnya harga minyak dunia. Apalagi selama ini, Indonesia terserang penyakit Belanda atau kebiasaan mengekspor barang migas mentah tanpa nilai tambah.
"Contohnya Venezuela praktis bangkrut, padahal mereka punya banyak minyak. Libia sedang timbul gejolak karena perang saudara yang memporakporandakan negaranya. Aljazair penghasil migas pun bernasib serupa, Nigeria sebagai salah satu negara dengan perekonomian paling fight di Afrika Barat, kini tidak lagi karena migas," jelas dia di Jakarta, Kamis (25/2/2015).
Paling menyedihkan, kata Sofyan, Rusia yang merupakan produsen migas harus mengalami kondisi kritis setelah harga minyak dunia jatuh ke level terendah dan pelemahan mata uang Rubel sangat signifikan hingga 50 persen.
"Selama ini sumber daya alam membawa keuntungan bagi negara-negara itu. Tapi sayang masih kena penyakit Belanda, karena dari migas, Indonesia dan negara penghasil minyak lain mendapatkan uang banyak, namun kerap membelanjakan untuk hal-hal tidak produktif seperti memanjakan rakyat sehingga kita jadi bangsa lemah atau soft society," terang dia.
Sofyan menuturkan, anggaran atau pendapatan negara harus dialokasikan untuk belanja pendidikan, kesehatan, menciptakan pengusaha dan membangun industri agar pertumbuhan ekonomi Indonesia berkesinambungan, serta membuka lapangan kerja dan mengumpulkan pajak secara signifikan.
"Dulu memang ada kesalahan kebijakan migas, padahal Aceh dan Bontang masing-masing bisa menjadi kota industri di kawasan Barat dan Timur Indonesia. Maka dari itu, kita mulai memperbaikinya, memberi insentif supaya industri berkembang dan menciptakan multiplier effect berlipat," imbuhnya. (Fik/Ndw)
Negara Kaya Minyak Berada di Ambang Kebangkrutan?
Pelemahan harga minyak dunia sejak tahun lalu membuat negara-negara penghasil minyak dan gas bumi (migas) terpuruk.
diperbarui 26 Feb 2015, 13:02 WIBIlustrasi Tambang Minyak (Liputan6.com/M.Iqbal)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
BNI Mampu Salurkan Kredit Rp 695,16 Triliun hingga Kuartal I-2024
Gunung Ibu Erupsi Lagi Senin Malam 29 April 2024, Semburkan Abu Vulkanik 1.000 Meter
Jokowi Gelar Nobar Timnas Indonesia U-23 di Istana, Panggil Relawannya
Pihak Rio Reifan Ajukan Rehabilitasi, Polisi: Karena Sudah Berulang Kali, Kami Tetap Lakukan Penyidikan
Live Report Piala Asia U-23 2024 Timnas Indonesia vs Uzbekistan: Siapa Lolos ke Final?
5 Tips Jitu Agar Bayi Anda Tidur Nyenyak Sepanjang Malam
Mengenal Lebih Dekat Tari Rangkuk Alu, Warisan Seni dan Budaya Manggarai NTT
Bank Danamon Bukukan Laba Rp 831 Miliar Pada Kuartal I 2024
Pasutri Pengendara Moge Harley Asal Surabaya Tewas Kecelakaan di Probolinggo
Honda Tambah Dealer dengan Fasilitas Bodi dan Cat di Jakarta
Selain Kompetensi, Teruji dan Karakter Terpuji Jadi Dua 'Bekal' Bagi Lulusan UKRIDA
Susunan Pemain Timnas Indonesia vs Uzbekistan: Ramadhan Sananta Gantikan Rafael Struick di Semifinal Piala Asia U-23 2024