Supermoon 'Hantu' Terjadi 19 Februari

Pada Kamis 19 Februari 2015, Bulan dalam keadaan penuh dan berada dalam titik terdekatnya dengan Bumi. Namun, tak akan terlihat.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 14 Feb 2015, 18:23 WIB
Penampakan supermoon dari angkasa luar (Lovro Dujnić)

Liputan6.com, New York - Pada Kamis 19 Februari 2015, Bulan dalam keadaan penuh dan berada dalam titik terdekatnya dengan Bumi. Namun, sayangnya, fenomena yang dikenal sebagai 'supermoon' itu tak bisa disaksikan oleh manusia.

Ada tapi tak terlihat. Sehingga dijuluki 'supermoon hantu'. 'Ghost supermoon'.

Bulan akan berada dalam titik terdekat dengan Bumi (extreme perigee) pada pukul 02.00 ET atau 14.00 WIB. Jaraknya 221.826 mil atau 356.994 dari planet manusia -- hanya 117 km lebih jauh dari supermoon pada 27 September  2015 -- di mana bulan akan terlihat lebih besar dan lebih terang di langit malam.  

Alasan para pengamat langit tak bisa menyaksikannya adalah karena itu bulan baru (new moon). Posisi rembulan terlalu dekat dengan Matahari, sehingga ia tak nampak. fenomena tersebut juga kebetulan terjadi di langit siang.

Apakah Bulan -- yang meski tak terlihat -- sedang berada di titik terdekat dengan Bumi, akan menimbulkan efek pada planet kita?

Seperti Liputan6.com kutip dari situs sains SPACE.com, jawabannya adalah ya. Salah satunya bisa memicu pasang tinggi, seperti yang akan mengiringi fenomena supermoon September mendatang.

Foto dok. Liputan6.com


Karena yang terjadi pada Februari adalah bulan baru. Maka, posisi Bumi, Bulan, dan Matahari relatif membentuk garis lurus. Keselarasan itu akan memicu apa yang disebut 'pasang laut purnama' (spring tides) -- yang terjadi kala daya tarik Matahari bercampur dengan gravitasi Bulan -- yang menghasilkan pasang yang lebih tinggi dari biasanya.

Pasang musim semi terjadi 2 kali sebulan, sekitar masa terjadinya bulan baru atau purnama. Istilah 'spring' tak ada kaitannya dengan musim semi -- dalam Bahasa Inggris. Melainkan diambil dari Bahasa Jerman, entspringen, yang berarti 'naik'.

Pasang laut purnama yang berkaitan dengan bulan baru akan menyebabkan pasang lebih tinggi dari biasanya dan level surut akan lebih rendah dari normal.

Hal itu terjadi karena terjadinya perigee (peristiwa mendekatnya Bulan ke Bumi) terjadi lebih dari 7 jam setelah peristiwa new moon. Bulan baru kali ini akan lebih dekat 12,2 persen saat perigee daripada purnama pada 5 Maret 2015.

Dan bulan baru kali ini akan memicu pasang lebih dari 42 persen selama pasang laut purnama pada 19 Februari dibandingkan yang terjadi 2 minggu lalu.

"Jadi, meskipun tak bisa menyaksikan bulan baru super, mereka yang tinggal di pinggiran pantai akan melihat pertandanya lewat pasang yang terjadi saat itu, atau dalam beberapa hari setelah 19 Februari 2015," ungkap Joe Rao, instruktur di Hayden Planetarium New York, seperti dimuat SPACE.com. (Ein/Tnt)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya