ICW Sebut Harga BBM Kemahalan, Ini Jawaban Menteri ESDM

Pemerintah menanggapi santai pernyataan ICW yang menilai harga premium dan solar terlampau mahal meski sudah turun.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 06 Jan 2015, 18:27 WIB
Sudirman Said (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menanggapi santai pernyataan Indonesia Corruption Watch (ICW) yang menilai penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) Premium dan Solar masing-masing sebesar Rp 7.600 dan Rp 7.250 terlampau mahal.

"Harus dilihat dulu dari ICW," ungkap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said kepada wartawan di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/1/2015).

Menurutnya, ada kemungkinan asumsi harga antara ICW dan Pertamina berbeda sehingga menimbulkan perhitungan yang berlainan pula.

"Siapa tau asumsinya berbeda dari hitungan Pertamina. Ini kan hebatnya keterbukaan, jadi semua orang punya analisis. Saya akan cek detailnya ke Pertamina," tegas dia.

Sudirman menyatakan, perkiraan pengamat tentang harga minyak dunia yang berpotensi balik di atas US$ 100 per barel baru sebuah asumsi. "Misalnya asumsi berubah, kita akan review lagi kebijakannya," cetusnya.

Sebelumnya, Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran ICW Firdaus Ilyas, menjelaskan, penetapan harga BBM Premium dari Rp 8.500 menjadi Rp 7.600 dan Solar dari Rp 7.500 menjadi Rp 7.250 berpotensi terjadi kemahalan. Menurut perhitungannya harga seharusnya bisa lebih rendah.

Perhitungan ICW harga keekonomian BBM premium bulan Januari 2015 adalah Rp 7.013,67 per liter, sehingga penetapan harga premium versi pemerintah berpotensi lebih mahal sebesar Rp 586,33 per liter.

Harga Solar berada pada Rp 6.607.53 per liter, sehingga beban subsidi BBM solar yang ditanggung oleh negara bukan Rp 1.000 per liter tapi hanya Rp 303,18 per liter. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya