Bocah 10 Tahun Terduga akan Gabung ISIS Ketakutan

Bocah wanita ini tak henti-hentinya memegang tangan ibunya saat diperiksa tim penyidik.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 27 Des 2014, 17:37 WIB
Ibu dan anak yang diduga akan bergabung dengan ISIS menjalani pemeriksaan polisi. (Liputan6.com/Taufiqurrahman)

Liputan6.com, Jakarta - 6 WNI yang diduga akan bergabung dengan ISIS ditangkap polisi di Bandara Soekarno-Hatta saat mereka hendak berangkat ke Suriah. Di antara 6 orang tersebut, ada bocah 10 tahun yang dibawa orangtuanya juga turut diamankan petugas.

Saat menjalani pemeriksaan penyidik, bocah bernama ‎Nabil Ayip Jabbar alias Ainun Mardiah terlihat ketakutan. "Umi (aku) takut...," kata bocah berambut hitam panjang itu saat diperiksa bersama ibunya di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (27/12/2014).

Nabil tak henti-hentinya memegang tangan ibunya saat diperiksa tim penyidik. Bocah yang belum mengerti apa yang sedang terjadi itu sesekali menutup matanya dengan tangan mungilnya itu.

Selain Nabil dan ke-5 Warga Negara Indonesia (WNI), polisi juga membekuk otak dibalik keberangkatan mereka ke Suriah. Adalah MA alias AM yang menjadi 'promotor' sekaligus donatur, yang berhasil dibekuk di kawasan Cibubur, Jakarta Timur.

"MA alias AM ini menyiapkan fasilitas untuk 6 WNI yang akan berangkat ke Suriah. MA ini seperti promotor mereka lah. Sudah dilakukan penangkapan dan penyitaan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya.

Hasil pemeriksaan penyidik, 6 WNI tersebut mengaku ingin terbang ke Suriah untuk bisa menjalankan ajaran Islam dengan lebih mendalam.

"Memang di sana (di Suriah). Menurut mereka, mereka bisa benar-benar menjalankan syariat Islam," kata Kasubdir Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Herry Herawan dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta.

Herry mengatakan, di Indonesia mereka merasa tidak benar-benar bisa menjalankan syariat Islam karena latar belakang agama masyarakatnya yang beragam. Sementara di Suriah, semua penduduknya adalah muslim.

"Di sini mereka merasa masih Bhineka Tunggal Ika, masih banyak agama, tidak bisa bebas (menjalankan syariat Islam)," ujar Herry. (Ali/Mvi)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya