Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan sektor kelautan dan perikanan Indonesia masuk hitungan paling unggul di dunia.
Namun, pernyataan itu merupakan sindiran mengingat masih lemahnya regulasi untuk tangkap ikan di Indonesia.
"Semua sekarang larinya ke Indonesia, natural fishing seluruh dunia kita paling top karena cuma kita yang tidak punya resctriction dan regulation. Semua nelayan yang ada sudah tidak bisa menangkap," kata dia di Jakarta, Kamis (30/10/2014).
Bahkan, pihaknya menilai perikanan Indonesia dinilai tak maju, mengingat murahnya pungutan untuk para pengusaha.
Dia menerangkan harga lobster saja sudah tinggi. Namun untuk pungutan per kapal hanya Rp 100 ribu. "Saya lihat itu marah, lobster Rp 400 ribu- Rp 1 juta. Satu gross ton kapal bayar Rp 100 ribu," lanjutnya.
Lemahnya regulasi ini jauh dengan Australia. Di Australia saja, untuk lisensi tangkap ikan harus merogoh kocek US$ 1 juta.
Sebab itu dia memastikan akan mengubah regulasi yang tidak pro pada perikanan tanah air, jika tidak maka akan menguras potensinya.
Advertisement
"Saya mau merubah ini sebelum potensi ini habis. Wajib pengusaha juga harus mau," tandas dia. (Amd/Nrm)