Vaksin Kanker Serviks Mahal, Pakai IVA Saja

Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyampaikan pemerintah masih belum bisa mensubsidi vaksin kanker serviks mengingat harganya yang masih tingg

oleh Fitri Syarifah diperbarui 28 Okt 2014, 21:00 WIB
Ilustrasi kanker serviks | Via: istimewa

Liputan6.com, Jakarta Selain kanker payudara, ternyata kanker serviks juga menempati peringkat tertinggi penyakit kanker yang paling banyak diderita wanita di Indonesia.

Kementerian Kesehatan (Kemkes) mencatat, berdasarkan Sistem Informasi RS (SIRS), jumlah pasien rawat jalan maupun rawat inap pada kanker serviks mencapai 5.349 orang (12,8 persen). Meski begitu, Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyampaikan pemerintah masih belum bisa memberi subsidi untuk vaksin kanker serviks mengingat harganya yang masih tinggi.

"Masih mahal, saya terus terang belum bisa untuk vaksin kanker serviks," kata Menkes usai serah terima jabatan di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (28/10/2014).

Menkes menerangkan, untuk mengantisipasinya, pertama kali yang bisa diberikan pada masyarakat adalah metode IVA (inspeksi visual dengan aplikasi asam asetat) yang bisa dilakukan di Puskesmas. 

"IVA masih menjadi alternatif untuk kanker serviks. Kita bekejasama dengan Yayasan Kanker Indonesia seluruh indonesia dan BPJS Kesehatan. Tapi saya tidak lupa bahwa Bupati Badung, Bali telah memberikannya pada anak-anak SMA disana tapi SMP belum karena belum cukup dananya. Totalnya masih mahal," jelasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya