Liputan6.com, Jakarta - Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin bersaksi untuk terdakwa Anas Urbaningrum. Dia memang dijadwalkan memberi kesaksiannya terkait kasus dugaan penerimaan hadiah atau gratifikasi proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang, proyek-poryek lain, serta tindak pidana pencucian uang (TPPU).
Nazaruddin yang baru bisa dihadirkan Kamis (21/8/2014) malam, pukul 22.00 WIB ini langsung mendapat sambutan tak mengenakkan dari para pendukung Anas ketika memasuki ruang sidang. Para pendukung Anas menyoraki Nazaruddin yang tiba dengan pengawalan 2 petugas Brimob itu.
Sebelumnya, Majelis Hakim sudah memintai kesaksian 2 bekas anak buah Nazaruddin, Aan Ikhyaudin dan Heri Sunandar yang baru kelar sekitar 15 menit sebelumnya.
Pada awal kesaksian, Nazaruddin mengaku pernah dibesuk oleh Anas saat ditahan di Rumah Tahanan Markas Komando (Mako) Brimob, Depok, Jawa Barat. "Pernah sekali dibesuk," kata Nazaruddin di Pengadilan Negeri Tipikor, Jakarta.
Terpidana kasus korupsi Wisma Atlet ini mengaku, ada 'pesan' yang disampaikan Anas saat besuk kala itu. "Minta semuanya jangan dibuka lagi, berhenti sampai di sini," kata Nazaruddin yang mengenakan kemeja batik warna biru lengan panjang.
Mendengar kesaksian Nazaruddin itu, para pendukung Anas kembali menyoraki suami Neneng Sri Wahyuni tersebut. Namun Nazaruddin tetap melanjutkan. Menurut Nazaruddin, terjeratnya Anas pada kasus ini tidak serta merta datang begitu saja. Nazaruddin mengaku semua berawal dari tahun 2005.
"Semua ada awalnya, semua ada ceritanya. Dari tahun 2005. Mas Anas ingin menjadi presiden. Untuk jadi presiden, harus jadi Ketua Umum dulu," kata Nazaruddin.
Lagi-lagi pernyataannya itu mendapat sorakan dari pendukung Anas. "Hhhuuuuu," kor para pendukung Anas yang sebagian besar tergabung dalam ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI).
Mendapat sorakan tak mengenakkan itu, Nazaruddin merasa terganggu. "Mohon maaf Yang Mulia, saya merasa terganggu," ujar Nazaruddin. Namun Majelis Hakim tak memperdulikannya. Majelis Hakim yang dipimpin Haswandi malah terus melanjutkan kesaksian Nazaruddin.
Dalam dakwaan Jaksa, Anas Urbaningrum disebut menerima hadiah berupa 1 unit Mobil Toyota Harrier B 15 AUD senilai Rp 670 juta dan 1 unit Mobil Toyota Vellfire B 6 AUD senilai Rp 735 juta. Anas juga didakwa menerima kegiatan survei pemenangan dalam bursa Ketua Umum Partai Demokrat 2010 dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) senilai Rp 478 juta, serta menerima uang sebanyak Rp 116,5 miliar dan sekitar US$ 5,2 juta.
Anas dalam dakwaan juga disebut mengeluarkan dana untuk pencalonan sebagai Ketum pada Kongres Partai Demokrat tahun 2010 di Bandung, Jawa Barat. Sebesar US$ 30,9 ribu untuk biaya posko tim relawan pemenangan Anas di Apartemen Senayan City Residence, dan sebesar US$ 5,17 ribu untuk biaya posko II di Ritz Carlton Jakarta Pacific Place.
Selain itu, Anas juga disebut mengeluarkan biaya-biaya untuk pertemuan dengan 513 DPC dan DPD pada Januari 2010, pertemuan dengan 430 DPC pada Februari 2010, dan biaya mengumpulkan 446 DPC pada Maret 2010.
Nazaruddin Disoraki Pendukung Anas di Pengadilan
Mendapat sorakan tak mengenakkan itu, Nazaruddin merasa terganggu.
diperbarui 22 Agu 2014, 01:10 WIBAdvertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Profil dan Karya Chairil Anwar, Sosok di Balik Lahirnya Hari Puisi Nasional 28 April
Bunga Zainal Pamer Koleksi Tas Hermes Sambil Berbaring Pakai Selang Oksigen dan Diinfus
Amalan Ringan Agar Mendapat Istighfar Para Malaikat hingga Hari Kiamat
Prabowo-Gibran Akan Pimpin Pemerintah Indonesia ke Depan, PGRI Ingatkan Ini
Mengenang 6 Fashion Fantastis Kim Ji Won di Drakor Queen of Tears, Pakai Korset Seharga Rp34 Juta
2 Debt Collector di Palembang yang Ribut dengan Aiptu FN Ditangkap, Satunya Menangis
6 Manajer Terbaik Arsenal Sepanjang Masa, Bawa Banyak Trofi ke London Utara
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Senin 29 April 2024
BMKG Imbau Warga Cek Kondisi Bangunan Pasca Gempa Garut, Ini Alasannya
Isak Tangis Keluarga Pecah Saat Jenazah Anggota Polresta Manado Tiba Rumah Duka
Kisah Mbah Kholil Bangkalan Menertawai Kiainya saat Sholat, Ternyata karena Ini
Bangun Komunikasi dengan Parpol, Prabowo Disebut Ingin Buat Ini di Pemerintahan Barunya