Made Dhama, Saksi Hidup Perang Puputan

I Made Dhama adalah Komandan Peleton Mortir dalam Resimen Sunda Kecil yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai. Kini dia telah memiliki sejumlah usaha yang berhasil. Pria 80 tahun ini ingin berbagi dengan masyarakat luas.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Agu 2005, 21:24 WIB
Liputan6.com, Denpasar: Perang Puputan hingga kini masih dikenang bangsa Indonesia khususnya rakyat Bali. Seorang saksi hidup yang berhasil selamat dari perang legendaris ini bernama I Made Dhama. Ia bukan orang sembarangan. Sewaktu perang itu terjadi, pria ini menjabat sebagai Komandan Peleton Mortir dalam Resimen Sunda Kecil yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai. Resimen yang terdiri dari empat batalyon ini dilengkapi senjata modern meski sebagian rakitan sendiri.

Made Dhama mengikuti seluruh pertempuran dan perjalanan Resimen Sunda Kecil sejak 1946 hingga pertempuran terakhir Puputan Margarana. Dia ingat bagaimana gugurnya I Gusti Ngurah Rai. "Beliau gugur terkena bom napalm [Belanda], padahal kan waktu Perang Dunia II bom itu dilarang," kata dia. Saat jenazah Ngurah Rai dibawa ke Denpasar, mayat pahlawan itu berada dalam keadaan terbakar.

Usai perang, veteran perang kelahiran 27 November 1927 ini melanjutkan pendidikannya yang tertunda ke sekolah perhotelan di Jepang. Made sempat bekerja di sebuah hotel di Bali sebelum akhirnya menjadi pengusaha. Usaha yang berawal dari sebuah penukaran uang lalu berkembang menjadi beberapa divisi seperti penyewaan mobil dan agen perjalanan.

Di usia menjelang 80 tahun, Made masih terlihat sehat dan lebih muda dari usianya. Dia juga aktif berkiprah di beberapa organisasi. Selama ini Made Dhama selalu berpegang pada prinsip sikap mental yang positif. Dia ingin membagi keberhasilan dengan masyarakat luas. Karena itu dia mencoba berperan di bidang sosial dan pendidikan dengan membangun beberapa sekolah dan rumah sakit.(MAK/Retno Pinasti dan Aries Wicaksono)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya